Kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu dan faham akan nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalam Asma’ u al-Husna.
Dan nama-nama Allah ‘Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar pengertian atau wacana agama Islam itu sendiri melainkan itu memang gambaran dari sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa dengan Asma’ u al-Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan Keagungan dan Kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak berakal.
Adapun di sini akan dijelaskan mengenai 5 bukti dari sekian banyak bukti dari nama Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu Al-‘Adlu (Maha Adil). Dan bukti-bukti tersebut juga menguatkan akan kebenaran agama Islam sebagai agama Rahmatan li al-‘Alamin yang dibawa oleh nabi yang bergelar al-Amin. Dan 5 bukti tersebut adalah :
(Pertama).
Adalah dalam hal niat yang merupakan penentu dari arah amalan-amalan yang kita perbuat karena niat tersebut berfungsi sebagai lentera atau cahaya yang akan menuntun dan menerangi perjalanan seorang hamba dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Jika lentera tersebut memancar dengan terang, maka menjadi teranglah perjalanannya dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Sebaliknya, jika cahaya lentera tersebut redup, maka menjadi redup pulalah jalan yang akan dilalui oleh seorang hamba untuk bisa bertemu dengan Allah Jalla Yang Maha Pencipta dan Maha Mengadakan lagi Maha Pembentuk. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah saw : “Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu).
Dari sini sudah jelas bahwa bahea niat merupakan syarat layak atau diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat karena Allah ‘Azza wa Jalla.
Adapun bukti yang menunjukkan bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla Maha Adil di sini adalah segaimana disebutkan dalam dua hadist di bawah ini :”…..Barangsiapa berniat akan berbuat kebaikan tanpa sempat mengerjakannya, maka Allah mencatat untuknya satu kebaikan…..”.(HR. Bukhari – Muslim)
“…..Jika orang berniat melakukan kejahatan, tetapi tidak dikerjakan, maka Allah memberinya satu kebaikan”. (HR. Bukhari – Muslim)
Dari dua hadist tersebut kita tahu betapa Allah Maha Adil. Bagaimana tidak, andai saja jika kita berniat melakukan kejahatan kemudian Allah ‘Azza wa Jalla mencatat bagi kita satu kejahatan meskipun kita tidak mengerjakannya seperti halnya Allah mencatat satu kebaikan bagi yang berniat berbuat kebaikan meskipun tidak mengerjakannya, bisa dibayangkan berapa kejahatan yang sudah tercatat hanya karena niat buruk kita.
(Kedua).
Adalah dalam hal perbuatan yang tentunya tidak terlepas dari catatan Allah ‘Azza wa Jalla lewat dua malaikat-Nya (Rakib – ‘Atid) yang senantiasa menemani kita di setiap langkah kita, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Lalu dari segi manakah kiranya bukti akan sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang Maha Adil ? Coba kita perhatikan dengan seksama firman Allah ‘Azza wa Jalla dan hadist Rasulullah berikut ini :“Barang siapa berbuat kebaikan mendapat sepuluh kali lipat amalnya.. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). (al-An’am: 160).
“…..Apabila orang berniat kebaikan, kemudian dia mengerjakannya, maka Allah mencatat untuknya sepuluh kebaikan atau lebih banyak lagi….”(HR. Bukhari – Muslim)
“……Jika orang berniat jahat, kemudian dia laksanakan, maka dicatat baginya satu kejahatan”. (HR. Bukhari – Muslim)
Dari ayat dan hadist tadi kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla betul-betul Maha Adil, buktiya Allah memberi dispensasi bagi yang melakukan kejahatan dengan mendapat balasan yang seimbang atau setara dengan apa yang diperbuat, beda halnya dengan jika kita berbuat kebaikan yang dihadiahkan dengan sepuluh kebaikan. Di sini karena Allah SWT lebih faham akan kekurangan kita atau kelemahan kita yaitu dorongan untuk melakukan kejahatan dalam diri kita cendrung lebih besar daripada dorongan untuk melakukan kebaikan yang disebabkan oleh godaan syetan yang terkutuk.
.
(Ketiga).
Adalah dalam hal keutamaan kaum hawa dalam berbakti kepada suaminya yang merupakan kewajiban sebagai seorang istri, sebagaimana sabda Rasulullah saw :“perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami.” (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)
Adapun tanda-tanda yang membuktikan adanya bentuk keadilan Allah Yang Maha Adil terhadap kaum hawa adalah tentang 10 wasiat Rasulullah saw terhadap Fathimah az-Zahra yang berbunyi :
1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.
2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah
3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu org yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang
4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah
6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.
8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wannita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.
Jadi berikut adalah bentuk keadilan Allah terhadap kaum wanita yang mungkin tidak dapat melakukan sebagian pekerjaan mulia yang dapat dikerjakan oleh kaum lelaki, tetapi dengan wujud keadilah Allah Yang Maha Adil kaum wanita memiliki porsi pahala yang sama besarnya dengan kaum lelaki meskipun dengan amalan-amalan yang berbeda seperti amalan-amalan yang telah Rasulullah saw wasiatkan kepada putrinya Fathimah az-Zahra dan seluruh kaum wanita diwaktu itu dan sesudahnya. Bukti lain adalah ketika para mujahid berjihad melawan musuh dan gugur, maka dia mati syahid. Begitu pula dengan perempuan yang berjihad melahirkan anaknya yang rasanya seperti antara hidup dan mati kemudian dia meninggal seketika itu atau setelah ia melahirkan makan dia bisa dikatakan mati syahid tanpa harus terjun ke medan perang. Wallahu A’lam.
(Keempat).
Adalah dalam hal warisan yang memberikan porsi lebih banyak kepada lelaki daripada perempuan yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan sebagaiman firman Allah SWT: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempua…..”(an-Nisa’ : 11).
Bukti akan kebenaran sifat Allah SWT Yang Maha Adil di sini adalah bahwasanya Allah SWT melebihkan bagian lelaki atas wanita dalam hal warisan, karena kenyataannya lelakilah yang oleh syari’at dibebankan tanggung jawab untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari kewajiban tersebut meskipun perempuan boleh saja ikut mencari nafkah. Para laki-laki juga diwajibkan oleh ajaran Islam untuk mengeluarkan mas kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai cerminan cinta kasih sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani apa-apa.
Oleh sebab itu, maka tentu tepat dan adil jika dalam aturan pembagian warisan, laki-laki mendapatkan bagian yang melebihi bagian perempuan, karena jika tidak demikian, maka hal itu justru akan menzalimi kaum laki-laki. Dan perlu disadari bahwa bagian warisan perempuan yang lebih sedikit, sebenarnya akan tertutupi dengan maskawin dan nafkah yang menjadi haknya.
(Kelima).
Selanjutnya adalah mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Bulan, dimana Al-Qur`an diturunkan, bulan yang penuh berkah dengan pelipat gandaan pahala sebuah amalan, bulan yang penuh pengampunan. Bulan, dimana pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan bulan di mana para syaitan dibelenggu dari menggoda manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Jika Bulan Ramadhan telah tiba, maka (pintu) surga dibuka lebar-lebar, (pintu) neraka ditutup rapat-rapat, dan para syetan dibelenggu.”( HR. Muslim )
Dan bukti yang menunjukkan Allah Maha Adil di sini adalah mengenai pelipat gandaan pahala sebuah amalan terutama pada malam Lailatul Qadar, yaitu satu malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang terlampira dalam al-Qur’an: “ Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.# Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?# Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.# Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.# Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (al-Qadr : 1-5)
Bulan Ramadhan Allah SWT anugrahkan hanya kepada ummat nabi Muhammad saw, tidak pada umat nabi-nabi sebelumnya itu bukan karena Allah pilih kasih terhadap umat nabi Muhammad saw melainkan ada maksud atau hikmah tertentu. Salah satunya ialah dikarenakan umur umat nabi Muhammad tedak sepanjang umur umat nabi-nabi sebelumnya yang beratus-ratus hingga beribu-ribu tahun. Oleh karenanya umat Muhammad saw tidak memiliki waktu yang panjang seperti umat nabi-nabi sebelumnya untuk beribadah. Namun dengan adanya bulan Ramadhan yang di dalamnya penuh dengan kelipatan-kelipatan pahala kebaikan dari segalam macam amal ibadah, umat nabi Muhammad saw dapat mengimbangi jumlah pahala kebaikan umat-umat nabi sebelumnya walaupun dengan umur yang pendek. Wallahu A’lam.
No comments:
Post a Comment