Assalamualaikum...
Hari ni aku kurang tertekan
Sebab semalam aku bangun tahajjud
Aku doa banyak banyak
Untuk ezrik ngan keluarga dier supaya hidup bahagia
Dan aku boleh undurkan diri aku
Sebab aku pun dah memang tak diperlukan lagi
Memang aku akan happy biler diorang berbaik
Aku akan happy bile ibu berbaik ngan menantu
Sekurang kurang nyer aku boleh pergi dengan aman
Aku cuma minta Allah beri aku kekuatan dan kesabaran dalam
Menempuhi Ujian Nya
Dan hari hari yang mendatang dengan hati yang redha dan ikhlas
Aku sayangkan dier sebab tulah aku pergi
Aku taknak dier terbeban lagi
Cukuplah tu nak bebankan dier dengan masalah
Ni nak tambah dengan aku pulak
Kesian dier
Ni nanti semua jadi kenangan indah dalam hidupku
Terima Kasih Ya Allah kerana pinjam Ezrik sekejap untuk aku
Walaupun sekejap
Sayang ada simpan gambar abang sekeping
Gambar ibu sekeping
Kalau sayang rindu sayang akan tengok
Doa sayang untuk abang tak pernah putus
Pertama Mengucapkan kalimat istirjaa ketika mendapat musibah
Jika seseorang di timpa musibah, maka pertama kali yang harus
dilakukan untuk bisa mengobatinya yaitu kembali kepada Allah Ta’ala
dengan mengucapkan:
قال الله تعالى: { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ } ( سورة البقرة : 156)
“Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali”. QS al-Baqarah: 156.
Dan kalimat istirjaa ini termasuk bagian dari adab Nabawi yang agung,
karena kalimat tersebut akan membuat hati menjadi tenang dan tentram.
Sebagaimana telah di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari
haditsnya Umu Salamah semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan: “saya
mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أخلف الله له خيرا
منها…”)) (رواه أبو داود والدارقطني وغيره){إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ}قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من مسلم تصيبه مصيبة،
فيقول ما أمر الله:
“Tidaklah seorang muslim terkena musibah, kemudian mengucapkan
kalimat yang telah di perintahkan oleh Allah Ta’ala dalam (kitabNya)
yaitu mengucapkan “inaa lillahi wa inaa ilahi roji’un”, Ya Allah berilah
pahala pada musibah yang menimpaku, dan berilah ganti darinya yang
lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya yang lebih baik
darinya”. HR Muslim.
Perhatikan bagaimana Ummu Salamah semoga Allah meridhoinya
benar-benar melaksanakan wasiat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut dengan mengucapkan istirjaa tatkala di tinggal mati oleh
suaminya Abu Salamah, maka kemudian Allah Azza wa jalla menggantinya
dalam musibah tersebut dengan yang lebih baik, dengan mendapatkan
kemulian diperistri oleh Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Namun
perlu di ingat terkadang ganti tersebut Allah Ta’ala berikan ketika di
dunia, atau di ambil nanti ketika di akhirat, atau juga mendapat di
kedua negeri tersebut, di dunia dan diakhirat.
Kedua Perlahan dan tidak tergesa-gesa
Kebanyakan masalah biasanya terjadi dalam ruang lingkup anggota
keluarga atau antara pasangan suami istri, atau bisa juga terjadi antar
sesama teman dan saudara.
Oleh karenanya jika terjadi masalah, maka
bagian terbesar yang bisa membantu untuk memecahkanya adalah sikap
pelan-pelan tidak terburu-buru sambil berpikir tentang masalah yang
sebenarnya dan tidak tergesa-gesa di dalam mengambil keputusan.
Dan
keputusan tetap berada di tanganmu, jika kamu mempunyai pemikiran untuk
hari ini maka itu merupakan pemikiran untuk hari esok juga, tidak ada
yang membuat dirimu merasa di rugikan dengan lambatnya kamu di dalam
mengambil keputusan, bahkan dengan sebab itu pikiranmu bisa berubah
untuk mendapat keputusan yang terbaik, begitu seterusnya.
Terlebih
dengan diiringi hati yang tenang, kemarahan telah sirna dan kegalutan
pun telah pergi, maka itu bisa lebih banyak membantu untuk menemukan
solusi yang tepat. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata
kepada Aisyah di dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بالرفق وإياك والعنف والفحش،
فإن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه”)) (رواه
مسلم)
“Berbuatlah dengan lembut lembut dan jauhi olehmu permusuhan dan
perbuatan keji, sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu di letakan pada
suatu perkara melainkan ia pasti akan menghiasinya, dan tidaklah di
cabut lemah lembut tersebut dari suatu perkara melainkan akan menjadikan
jelek”. HR Muslim.
Anjuran ini pada asalnya di tujukan pada ibunda kita Aisyah, namun
setelahnya langsung mengarah kepada seluruh orang-orang yang beriman.
Kita tidak pernah mendengar bahwa sifat mudah marah dan mudah terpancing
emosi itu bisa mendatangkan kebaikan (di manapun tempatnya), kalau
sekiranya saya ceritakan hasil dari penelitian pada orang-orang yang
mudah marah maka kalian pasti akan heran di sebabkan banyaknya akibat
buruk dari sikap ini, seperti, akan menjadikan anak satu sama lain
saling berkelompok karena takut dengan bapaknya yang garang,
terhempasnya keluarga, dan menjadikan penjara penuh untuk menampung
tahanan…semua itu di sebabkan kemarahan yang terkadang sifatnya hanya
sebentar. Betapa indahnya kalau mau berpikir terlebih dahulu sebelum
berbuat sambil di hiasi dengan kelemahlembutan dan sikap bijak dalam
bertindak.
Ketiga Sabar
Tidaklah kedua telingamu mendengar kalimat musibah melainkan pada
telinga satunya harus ada kalimat sabar,
kalau seandainya hal itu tidak
kamu lakukan maka masalah atau problem tersebut akan menjadi semakin
membesar, yang pada nantinya membuat patah semangat dan berujung enggan
untuk menyelesaikanya. Namun Allah Azza wa jalla Maha Penyayang dalam
hal ini kepada para hambaNya, dimana Dia telah menundukan bagi mereka
cara jitu untuk mengatasi masalah yaitu dengan kesabaran. Dalam agama,
sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian
dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi
para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di
surga. Yang mana Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang
sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu seperti yang di jelaskan
dalam firmanNya:
قال الله تعالى: إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ( سورة الزمر :)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas”. QS az-Zumar: 10. Berkata Imam al-Auz’ai:
“Balasan bagi orang yang sabar tidak lagi ditimbang, maupun diukur namun
langsung di ambilkan tanpa ada batasannya”.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له
خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن، إن أصابته سراء شكر، فكان خيرا له، وإن
أصابته ضراء صبر، فكان خيرا له)) (رواه مسلم)
“Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua
perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang
mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik
baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik
baginya”. HR Muslim.
Sikap sabar sendiri mempunyai makna yang dalam yaitu berhenti bersama
musibah dengan cara menyikapi yang baik. Dan jangan dikira kalau
musibah itu hanya pada perkara-perkara yang besar saja seperti kematian
atau perceraian, misalkan, akan tetapi setiap perkara yang kamu
merasakan sedih ketika kehilangan darinya maka itulah yang di namakan
musibah. Pernah suatu hari tali sendalnya Umar bin Khatab semoga Allah
meridhoinya putus maka beliau pun mengucapkan kalimat istirjaa’ lalu
mengatakan: “Setiap kejadian buruk yang menimpamu maka itu adalah
musibah”. Dan jika seorang muslim tidak sabar ketika tertimpa sebuah
musibah, tidak pula mengharap pahala dari sebab musibah tersebut, maka
hilang sudah pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala pada hari-hari
musibah tersebut. Dan kedudukan yang paling tinggi di antara orang-orang
yang sabar yaitu kedudukan orang yang ridho dengan qodho dan qadr Allah
Subhanahu wa ta’ala, tunduk dengan takdir Allah Ta’ala, Allah
berfirman:
قال الله تعالى: { قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ
لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
٥١ } ( سورة التوبة : 51)
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa
yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya
kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”. QS at-Taubah:
51.
Imam Ibnu Rajab mengatakan: “Adapun perbedaan antara ridho dengan
sabar yaitu kalau sabar adalah menutupi jiwa dari rasa marah dengan
menahan rasa sakit yang ada sambil berharap agar segera hilang rasa
sakit tersebut, dan mencegah anggota badan jangan sampai melakukan
perbuatan yang tidak terpuji oleh sebab marah. Sedangkan ridho adalah
menerima dan lapang dada dengan ketentuan Allah Ta’ala, serta melupakan
angan-angan (yang muncul) berharap agar rasa sakit yang sedang di
rasakannya tersebut segera hilang walaupun terdapati rasa sakitnya,
namun dengan adanya sikap ridho, akan menjadikan lebih ringan (beban
yang ada dalam badan) dan memberi kabar gembira bagi hati dengan
kenyakinan dan pemahaman yang sempurna, maka jika sikap ridho ini kuat
menahan rasa sakit yang sedang di rasakan maka akan hilang dengan
sendiri rasa sakit tersebut”. Ibnul Jauzi mengatakan: “Kalau sekiranya
dunia itu bukan tempatnya ujian maka tidak ada yang namanya penyakit,
cemas, bimbang dan perasaan suram, kehidupan tidak terasa sempit bagi
para nabi dan orang-orang pilihan.
Nabi Adam tidak akan diuji sampai keluar dari dunia, Nabi Nuh
menangis dalam waktu yang sangat panjang tiga ratus tahun (lamanya),
Nabi Ibrohim di lempar kedalam api dan diuji untuk menyembelih anaknya
yang ia cintai, Nabi Ya’qub menangis karena kehilangan anaknya Yusuf
sampai hilang penglihatanya, Nabi Musa dikejar Fira’un, bukan itu saja,
namun kaumnya pun mendapat ujian dari kezaliman Fir’aun, Nabi Isa bin
Maryam tidak ada tempat untuk berlindung baginya melainkan hidup dalam
kesengsaraan. Dan Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sabar
dalam kehidupan yang serba kekurangan, terbunuhnya Hamzah bin Abdul
Mutholib pamannya yang merupakan orang yang paling beliau cintai dari
kalangan keluarganya, begitu juga ditinggal lari oleh kaumnya, (pada
pertama kalinya muncul dakwah beliau), mereka enggan untuk menerima
dakwahnya. Dan selain mereka dari kalangan para Nabi dan para wali yang
sangat panjang kalau mau di sebutkan semuanya, kalau benar sekiranya
dunia ini di ciptakan untuk bersenang-senang dan mencari kelezatanya,
tentu tidak akan mungkin bagi orang yang beriman mendapat kebahagian
darinya. Sunguh benar apa yang di katakan oleh seorang panyair: Dunia
tempatnya kesedihan, kenapa engkau menginginkanya
*** Tidak akan pernah dunia lepas dari ujian dan cobaan ***
Dan sabar yang di maksud di sini, bukan hanya sekedar mampu menahan
musibah yang menimpanya dan meneguk rasa sakit yang di alaminya serta
kesedihan yang terasa menyekat di kerongkonganya, namun sabar di sini
adalah sabar yang mampu mencari solusi permasalahannya dan sanggup
menata kembali perkaranya, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya
dengan dakwah kepada Allah Azza wa jalla, adakalanya sabar di dalam
mencari solusinya dengan mendidik dan bergaul dengan cara yang indah,
adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan kembali menikah dan
istiqomah bersamanya, demikian seterusnya setiap masalah di butuhkan
cara penyelesaian dan kesabaran dalam mencari solusinya.
Keempat Berbaik Sangka
Suatu hal yang wajib bagi kita semua yaitu suudhon dhon (berbaik
sangka.pent) kepada Allah Azza wa jalla bahwa yang namanya pertolongan
dan jalan keluar itu pasti dekat adanya, bahwa kesulitan itu selalu di
iringi bersama kemudahan.
Demikian juga berbaik sangka kepada orang lain
yang punya masalah denganmu atau dengan orang merupakan sumber masalah
tersebut,
karena ada kemungkinan yang terjadi, mungkin dirinya mempunyai
pandangan yang berbeda denganmu, atau dirinya paham tapi salah dalam
memahaminya, atau bisa juga, sampai perkara padanya namun tidak sesuai
dengan kenyataanya, karena tidak benar.
Oleh karena itu berbaik sangka
kepada sesama muslim akan menjadikan hati menjadi tenang, dan biasanya
akan mudah memberi udzur (kepada orang tersebut) yang pada akhirnya
menjadikan musibah itu terasa ringan, bisa membantu untuk memecahkan
masalah tersebut dan menjadikan cara berpikir kita bersih dari hal-hal
yang tidak di bolehkan. Sebagian problem terkadang muncul di sebabkan
oleh berburuk sangka (pada orang lain), yang di bangun di atas
ketidakpahaman atau persangkaan yang tidak jelas atau juga cara pandang
yang cekak.
Dikisahkan bahwa ada seseorang yang mempunyai masalah dengan orang
lain, marahnya telah memuncak, darahnya mendidih menahan marahnya yang
meluap-luap, sampai dia mengancam anak-anak serta istri orang yang
bermasalah tersebut, sedangkan orang yang bermasalah dengannya tersebut
sedang dalam perjalanan keluar kota, namun sebelum pergi dia mengirim
surat yang isinya meminta maaf dan meminta supaya di lupakan masalahnya
serta merelakan haknya untuknya,
namun pembawa surat ini yang menjadi
titik permasalahanya karena telat menyampaikan surat tersebut sehingga
menjadi sebab pertengkaran tersebut.
Lihat kejadian di atas, orang tersebut telah menghina saudaranya
dengan kata-kata yang tidak terpuji, mengangkat suara padanya,
mengeluarkan semua keburukanya, sekarang apakah kamu bisa bayangkan
kalau persaudaraanya akan kembali seperti sedia kala sebelum kejadian
tersebut? Kemudian lihatlah pada kejadian yang lain dalam kisah berikut
ini, ketika Hafsoh binti Umar semoga Allah meridhoi keduanya di tawarkan
oleh bapaknya supaya di nikahi kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar diam
tidak menjawab apa-apa, kemudian dia menawarkan kepada Utsman, namun dia
mengatakan:
“Pada saat sekarang saya lagi tidak punya keinginan untuk
menikah”, maka Umar merasa sangat sedih, kemudian dirinya mengadu kepada
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Shalallahuu ‘alaihi wa sallam
lalu mengatakan kepadanya: “Hafsoh akan di nikahi oleh orang yang lebih
baik dari Utsman, dan Utsman akan menikahi wanita yang lebih baik dari
pada Hafsoh”. Kemudian Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam meminang
Hafsoh, lalu Umar pun menikahkan Hafsoh dengan Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian Utsman di nikahkan oleh Rasulallah dengan
anaknya Ruqoyah setelah Utsman di tinggal mati oleh istri yang merupakan
saudaranya Ruqoyah. Ketika Umar sudah menikahkan anaknya, dirinya
bertemu dengan Abu Bakar, maka beliau meminta maaf sambil mengatakan:
“Saya tidak mempunyai niat apa-apa, kecuali saya pernah mendengar
Rasulallah Shalallahu ‘alahi wa sallam menyebut-nyebut nama Hafsoh maka
saya tidak ingin membuka rahasianya beliau, kalau sekiranya Rasulallah
tidak jadi menikahinya tentu saya akan menikahi anakmu”.
Kelima Diam dan menyembunyikan problem yang sedang di alaminya
Termasuk dari wejangan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada
umatnya dalam masalah ini yaitu menyembunyikan musibah yang sedang di
alaminya, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits, di
mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من البر كتمان المصائب والأمراض والصدقة))
“Termasuk kebaikan adalah menyembunyikan musibah (yang menimpanya), penyakit dan shodaqoh”.
Oleh sebab itu jika musibah yang sedang menimpa mungkin bisa
disembunyikan, maka menyembunyikannya adalah termasuk bentuk dari nikmat
Allah Azza wa jalla yang lurus. Yang merupakan bagian dari rahasia dari
rahasia-rahasia keridhoan pada Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak selalu
berkeluh kesah dan gelisah. Lihatlah kisah-kisah para ulama salaf karena
sesungguhnya dalam kisah tersebut ada pelajaran bagi kita. Berkata
al-Ahnaf salah seorang ulama salaf:
“Sungguh telah hilang penglihatanku semenjak empat puluh tahun
yang lalu, dan saya tidak pernah mengasih tahu kepada seorang pun”.
Ketika ada air yang tidak mau keluar dari salah satu mata Atha’,
tidak ada seorang pun keluarganya yang tahu hal itu selama dua puluh
tahun lamanya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من إجلال الله، ومعرفة حقه: أن لا تشكو وجعك ولا تذكر مصيبتك))
“Termasuk dari bagian memuliakan Allah Ta’ala dan mengetahui
hakNya adalah tidak mengeluh pada setiap penyakit yang (menimpamu) dan
tidak menyebut-nyebut musibahmu”.
Yang perlu digaris bawahi di sini yaitu biasanya kalau seseorang itu
telah hilang masalah darinya, pertama kali yang muncul dalam pikiranya
adalah rasa sesal telah terlanjur mengasih tahu masalahnya kepada fulan
atau kepada fulanah.
Jika perkaranya demikian maka seorang hendaknya
tidak menampakan masalahnya dan menyembunyikanya,
dan termasuk
menyebarkan masalah yang paling buruk adalah dalam masalah keluarga,
maka terkadang di dapati seorang istri jika mempunyai masalah dengan
suaminya,
dirinya langsung mengadu kepada orang tuanya, sambil mencela
suaminya dengan perkara-perkara yang tidak masuk pada inti masalah
sebenarnya, dengan mengungkit-ngungkit kejelekanya yang lama maupun yang
baru, sampai keluarga dan saudara-saudaranya jadi membencinya, sehingga
pada saat itu menjadikan tali yang menghubungkan mereka menjadi
terputus, terbesit rasa ingin lari darinya sampai kalaupun
permasalahannya sudah reda dan dapat teratasi akan tetap tersisa
kata-kata dan aduan yang telah di ucapkan oleh lisan yang membekas dalam
hati mereka, yang menimbulkan rasa was-was tentang masa depan hubungan
wanita tersebut dengan suaminya.
Keenam Jadikan sesuai dengan porsinya dan tidak membesar-besarkan masalah
Sebagian orang jika di timpa sebuah permasalahan, atau musibah merasa
dunia seperti mau runtuh dan menjadi gelap gulita sambil menyangka
bahwa dunia telah berakhir, namun perlu di ingat terkadang ada suatu
perkara yang di benci oleh seorang manusia tapi ternyata Allah Ta’ala
menjadikan itu adalah kebaikan yang banyak baginya, lihatlah firman
Allah Ta’ala ini:
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu..”. QS al-Baqarah: 216.
Saya masih ingat, kisah seorang pemuda dari Mesir ketika dia sedang
di wawancarai, yang mana telah terjadi huru hara, pembunuhan dan fitnah
yang sangat besar di kota mereka, dia mengatakan: “Sungguh Allah telah
memberi kasih sayangNya yang besar kepada saya, mana kala saya di
penjara sebelum kejadian huru hara tersebut beberapa hari sebelum
kejadiannya, kemudian saya di bebaskan selang beberapa minggu dari
kejadian itu dengan keadaan selamat dan sehat, namun ketika saya keluar
saya mendapati teman-teman saya dalam keadaan yang sangat mengenaskan,
ada yang mati, ada lagi yang tertangkap dan di jebloskan kepenjara
dengan masa tahanan yang sangat panjang, yang lain lagi badanya di
rantai, kemudian yang lain…. Dia mengucapkan syukur dan memuji Allah
Subhanahu wa ta’ala ketika tahu bahwa penjara itu lebih baik bagi
dirinya dari pada yang terjadi pada teman-temanya yang lain, kalau
sekiranya saya bersama mereka tentu kejadianya lain.
Dikisahkan dari Suraih bahwasanya beliau pernah mengatakan:
“Sungguh
saya pernah ditimpa sebuah musibah, maka saya mengucapkan rasa syukur
dan memuji kepada Allah Ta’ala atas musibah tersebut sebanyak empat
kali, yang mana musibah tersebut tidak lebih besar dari yang saya alami,
dan mana kala Allah memberi saya nikmat untuk bisa sabar dengan musibah
tersebut, dan ketika Allah memberi saya taufik untuk bisa mengucapkan
kalimat istirjaa’ dengan harapan saya bisa mengambil pahalanya nanti,
dan yang terakhir mana kala musibah tersebut bukan terjadi pada
agamaku”.
Ketujuh Mencari solusinya dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan.
: “ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب” متفق
عليه. Datang seorang sahabat kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan mengatakan kepada beliau,r فقال أوصني قال: “لا تغضب” رددها
مرارا، وقال rجاء رجل إلى النبي
“Ya Rasulallah berilah aku wasiat”. Beliau berkata: “Jangan
marah”. Orang tersebut masih mengulang-ulang terus, lantas Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu
(yang menang) dalam gulat, tetapi orang yang kuat (adalah) orang yang
mampu menguasai dirinya ketika sedang marah”. Mutafaqun ‘alahi.
Kemarahan biasanya itu menutupi cara berpikir yang sehat dan
mengarahkan pada cara berpikir yang bengkok dan menyimpang, yang
bilamana keduanya ada maka dia akan menguasai sikap sentimental. Oleh
karena itu di anjurkan supaya tenang (ketika sedang marah), dan menahan
dengan cara yang baik tanpa terpancing emosi dengan situasi yang sedang
terjadi, betapa banyak kita bisa mencontoh pada wanita yang berakal, di
dalam menghadapi kemarahan suaminya, yang mana dia menghadapinya dengan
cara yang baik dan tenang (tidak terpancing ikut emosi), maka tidak lama
kemudian suaminya pun kembali lagi kedalam pangkuannya. Dan manusia
banyak yang telah mencoba cara yang satu ini, oleh karena itu tidak
salah kalau Allah Subahanahu wa ta’ala menyuruh Nabi yang mulia, seperti
dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {…. ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي
بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ ٣٤ } [سورة
فصلت : 34]
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, jika ada
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia”. QS Fushilat: 34.
Sebagian orang ada yang menggunakan cara yang bagus dalam menghadapi
masalah seperti ini, ada orang yang takut bilamana sampai terjadi
permusuhan dengan teman kerja sekantornya, atau juga dengan keluarga
atau saudaranya, dia memilih untuk berbuat baik kepada mereka
sebelumnya, dengan cara memberi hadiyah padanya, berkata dengan lemah
lembut ketika sedang berbicara bersama mereka untuk mencegah sikap buruk
dari mereka, dan sebelum sampai berubah permusuhan menjadi pertengkaran
secara fisik, seperti misalkan, seorang pimpinan yang berlaku lembut
pada anak buahnya, atau seorang suami pada istrinya, atau yang lainnya.
Dan solusi seperti ini nyata dan banyak memberi manfaat di dalam
meminimalisir permusuhan dan pertengkaran.
Kelapan Seseorang melihat seberapa jauh problem yang sedang di hadapinya sampai dia bisa melihat kalau itu bukan sesungguhnya.
Problematika kehidupan itu beragam dan bertingkat-tingkat adanya,
demikian pula hati manusia juga beragam dan bertingkat-tingkat, ada yang
kuat menanggung beban, ada yang bisa sabar dan ada lagi yang tabah.
Terkadang dirimu mempunyai masalah namun orang lain lepas dari masalah,
oleh karena itu supaya bisa untuk berpikir dan melihat dengan jelas
sebuah masalah, seseorang melihat jauh kedepan sampai batas akhir
musibah tersebut, dan melihat bahaya apa yang paling berat dari dampak
musibah itu, jika seorang istri di cerai oleh suaminya maka Allah Azza
wa jalla telah memberi rizki baginya lebih baik dari yang pertama, jika
di tinggal meninggal oleh bapak atau ibunya, maka sesungguhnya ini
adalah ladang beramal untuk akhirat, hendaknya dia merasa bahagia dan
memuji Allah Ta’ala karena walau pun telat namun masih di beri tahu
masalah sebenarnya, demikian seterusnya setiap masalah di beri porsi
yang sesungguhnya jangan sampai membesar-besarkanya, seolah-olah kalau
seseorang itu di timpa sebuah musibah atau masalah dunia seperti kiamat
yang sudah tidak ada jalan keluar lagi kecuali tinggal menunggu
kehancuranya.
Kalau sekiranya orang yang mempunyai masalah tersebut melihat pada
problematikanya serta kejadian-kejadian yang lewat pada dirinya pada
masa lalu, bagaimana sampai bisa keluar dan selsai dari masalah
tersebut? Tentu ia akan mengetahui bahwa hari itu selalu datang silih
berganti, dan dia akan lupa dengan segala musibah yang pernah menimpanya
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sembilan Banyak beristighfar
Mengadu kepada Allah Azza wa jalla dan meminta pertolongan serta
taufikNya adalah merupakan sebab terbesar dari sebab-sebab yang ada
untuk bisa melapangkan hati yang sempit dan keluar dari sebuah perkara,
dan termasuk dari faidah sebuah musibah yang menimpa seseorang, yang
sedang di uji oleh Allah Azza wa jalla yaitu salah satunya menjadi
terpukul sehingga mau kembali kepada Rabbnya, berdo’a kepadaNya dan
bersimpuh di hadapanNya. Dan di antara bentuk kembali kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala adalah banyak beristighfar. Di mana Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أكثر من الاستغفار، جعل الله عز
وجل له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب” [رواه أبو
داود].
“Barangsiapa yang banyak mengucapkan istighfar, maka Allah Azza
wa jalla menjadikan baginya setiap kesedihan jalan keluar, setiap
kesempitan di bukakan pintu keluarnya, dan di beri rizki dari arah yang
tidak di sangka-sangka”. HR Abu Dawud.
Termasuk bagian dari nikmat Allah Ta’ala pada kita semua adalah
memudahkan bagi kita untuk menggerakan lisan kita dengan sangat mudahnya
di banding dengan anggota badan lainnya, tidak ada kesulitan yang
berarti bagi kita untuk menggerakan lidah untuk mengucapkan kalimat
istighfar.
Sepuluh Berdo’a dengan do’a-do’a yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita
(umatnya) tatkala turun sebuah musibah atau terkena sebuah masalah
do’a-do’a untuk menghilangkan kesedihan dan kegelisahan yang ada, adalah
beliau jika tertimpa sebuah kesulitan apa pun jenis, beliau
mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث
”.
“Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, dengan kasih sayangMu saya memohon pertolonganMu”.
Di dalam sebuah hadits shahih yang lainnya, adalah beliau jika turun padanya kesukaran dan kesedihan, beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “يا حي يا قيوم، برحمتك أستغيث ، الله ربي لا أشرك به” [صحيح الجامع: 4791].
” Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, dengan kasih
sayangMu saya memohon pertolonganMu, Allah Rabbku, yang aku tidak
menyekutukan denganNya”. Shahuhul Jami’ no: 4791.
Dalam sebuah do’a menghilangkan kesedihan dan kesulitan, di sebutkan dalam sebuah hadits yang agung ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “اللهم إني عبدك، وابن عبدك، وابن
أمتك ناصيتي بيدك، ماض في حكمك، عدل في قضاؤك،
أسألك بكل اسم هو لك سميت به
نفسك أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحدا من خلقك أو استأثرت به في علم
الغيب عندك، أن تجعل القرآن ربيع قلبي، ونور صدري، وجلاء حزني، وذهاب همي”
[رواه الإمام أحمد].
“Ya Allah, sesungguhnya aku ini adalah hambaMu, anak dari hambaMu
(laki-laki), anak dari hambaMu (perempuan), ubun-ubunku berada di
tanganMu, mengikuti keputusan takdirMu dan berjalan sesuai dengan
ketetapanMu. Aku memohon kepadaMu dengan setiap nama yang menjadi
milikMu, nama yang Engkau lekatkan sendiri untuk diriMu, atau yang
Engkau sebutkan dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah
seorang di antara hambaMu (Nabi), atau yang Engkau sembunyikan di alam
keghaibanMu, hendaknya Engkau menjadikan al-Qur’an ini sebagai penyejuk
hatiku, cahaya dalam dadaku, penghilang kesedihanku dan penolak rasa
gundahku”. HR Ahmad
Dalam sebuah hadits di sebutkan do’a untuk membayar hutang. Sebagaimana yang shahih dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “اللهم اكفني بحلالك عن حرامك وأغنني بفضلك عمن سواك” [رواه الترمذي].
“Ya Allah cukupkan saya dengan rizkiMu yang halal dari yang
haram, berilah saya kekayaan dengan karuniaMu, yang tidak ada selain
dariMu”. HR Tirmidzi.
Dalam hadits yang lain beliau berdo’a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن
والعجز والكسل، والبخل والجبن، وضلع الدين وغلبة الرجال” [رواه مسلم
4/ 1729].
“Ya Allah saya berlindung denganMu dari kesulitan dan kesedihan,
dari ketidak mampuan dan kemalasan, dari sikap bakhil dan pengecut, dari
terlilit hutang dan di kuasai orang lain”. HR Muslim no: 1729.
Dan do’a ketika di timpa sebuah kesusahan apa pun bentuknya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “اللهم لا سهل، إلا ما جعلته سهلا وأنت تجعل الحزن إذا شئت سهلا” [رواه أبو داود].
“Ya Allah tidak ada kemudahan, melainkan yang Engkau jadikan
mudah. Dan Engkau jadikan kesedihan menjadi mudah jika Engkau
kehendaki”. HR Abu Dawud.
Dan do’a sangat bermanfaat untuk menghilangkan sebuah musibah baik
sebelum turunya bencana tersebut mau pun sesudah turunya, hal itu
sebagaimana di jelaskan dalam sebuah hadits shahih dari Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”فلا يرد القضاء إلا الدعاء” [صحيح الجامع: 7564].
“Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali do’a”. Shahihul jami’ no: 7564.
Sebelas Tawakal kepada Allah Azza wa jalla
Termasuk dari bentuk nikmat Allah Azza wa jalla tatkala turun bencana
maupunn musibah, yaitu kita langsung cepat-cepat kembali untuk taat
kepada Allah Ta’ala dan beribadah kepadaNya, kita juga bisa merasakan
kelezatan manakala kita sedang berdo’a dan memohon kepadaNya supaya di
mudahkan segala urusannya. Adapun kedudukan yang paling tinggi dalam
sebuah ibadah dan amalan yaitu kedudukan tawakal kepada Allah Azza wa
jalla, menyerahkan segala urusan dan hasilnya kepada Allah Ta’ala,
sedangkan dalam tawakal itu sendiri dapat menguatkan jiwa, menjadikan
hati berani menerima apa pun hasilnya, menjadi tenang dan tentram. Allah
Azza wa jalla sendiri sangat mencintai orang-orang yang mempunyai sifat
yang agung ini sebagaimana yang tertera jelas dalam firmanNya:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ } [سورة آلِ عِمۡرَانَ : 159]#قال الله تعالى: {
“Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. QS al-‘Imran: 159.
Sedangkan orang yang telag di cintai oleh Allah Ta’ala maka dirinya
tidak di adzab, tidak di jauhkan dariNya, dan tidak terhalangi untuk
melihat Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti. Dalam sebuah
ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:
( سورة الطَّلَاقِ : 3)( وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ)قال الله تعالى:
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. QS ath-Thalaaq: 3.
Dalam ayat ini sebagai dalil yang kuat tentang keutamaan tawakal, di
mana tawakal merupakan sebab terbesar untuk memperoleh maslahat dan
menolak mara bahaya. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengatur segala
urusan alam ini sesuai dengan yang Ia kehendaki, di tanganNya segela
perkara di bolak-balikan. Allah Ta’ala berfirman:
يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ إِذۡنِهِۦۚ } [سورة يُونُسَ : 3]#قال الله تعالى: {
“kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala
urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada
izin-Nya”. QS Yunus: 3.
Hendaknya kita semua merasa yakin bahwa apa yang kita kerjakan untuk
segera bisa keluar dari sebuah masalah hanyalah merupakan sebab dan
sarana namun tetap yang mengatur alam ini adalah Allah Azza wa jalla,
maka apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Ia
kehendaki kejadianya pasti tidak akan terjadi. Perhatikan pada hadits
yang agung ini, di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada anak pamannya Ibnu Abbas:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”.. واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن
ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، ولو اجتمعوا على أن يضروك
بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت الصحف”
[رواه الترمذي].
“Ketahuilah kalau sekiranya umat ini bersatu untuk memberi
sesuatu manfaat kepadamu maka itu tidak akan bermanfaat bagimu melainkan
dengan sesuatu yang memang sudah di tentukan oleh Allah Ta’ala bagimu,
(dan begitu juga) kalau sekiranya umat ini berkumpul untuk memberi
bahaya padamu maka tidak akan berbahaya kepadamu melainkan dengan
sesuatu yang memang sudah di tentukan oleh Allah Ta’ala padamu, telah di
angkat pena, dan telah kering catatan tersebut”. HR Tirmidzi.
Dua belas Berbuat baik pada sesama, baik ucapan, perbuatan, dan segala bentuk kebaikan lainnya
Termasuk dari sebab yang dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan dan
kegelisahan adalah berbuat baik kepada sesama makhluk, baik itu dengan
ucapan atau perbuatan dan segala macam bentuk kebaikan. Allah Ta’ala
berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”. QS
an-Nisaa’: 114.
Berkata syaikh Abdurahman bin Sa’di dalam tafsirnya:
“Di dalam ayat ini Allah Ta’ala mengabarkan bahwa semua perkara
ini semuanya baik, yang semuanya bersumber dariNya, dan kebaikan pasti
akan menjadikan baik dan mencegah keburukan. Dan seorang mukmin yang
mengharap pahala dari Allah Ta’ala, maka ia akan di beri ganjaran yang
sangat besar, di antara bentuk dari ganjaran tersebut yaitu hilangnya
kesedihan, kesusahan, kekhawatiran dan yang lainnya”.
Dalam kesempatan yang beliau juga mengatakan: “Tanda kebahagian
seorang hamba yaitu ada pada keikhlasanya kepada Allah Azza wa jalla dan
gemar untuk memberi manfaat apa saja bagi sesama orang”.
Tiga belas Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa jalla
Termasuk sebab supaya hati bisa menjadi lapang dan lebih khusus lagi
rasa sedih akan segera hilang tatkala turun sebuah musibah yaitu banyak
berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tanpa mengenal batas setiap
waktu dan keadaan, maka kalau mau mempraktekan hal itu dirinya akan
menemukan dampak yang luar biasa pada tenang, tentram dan lapangnya
hati. Allah Ta’ala berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi
tenteram”. QS ar-Ra’du: 28. Seperti berdzikir sebagaimana yang Allah
Ta’ala firmankan dalam ayat ini: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami
dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. QS al-‘Imran: 173.
Do’a inilah yang di ucapkan oleh Nabi Ibrahim tatkala beliau di
lempar masuk kedalam kobaran api. Dan Nabi Shalallah ‘alaihi wa sallam
ketika di katakana pada beliau ayat ini:
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”,
Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
“Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. QS al-‘Imran: 173.
Maka beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “لا حول ولا قوة إلا بالله” [ رواه البخاري].
“Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah Ta’ala” HR Bukhari.
Ringkas kata bahwa dzikir kepada Allah Azza wa jalla mempunyai dampak
yang besar untuk bisa meraih apa yang di inginkan, lebih khusus dari
itu kalau sekiranya dalam berdzikir tersebut seorang hamba mengharap
kepada Allah Ta’ala pahala dan ganjaranNya.
Empat belas Jangan sampai mendatangi perkara yang haram
Jika ada seorang yang mempunyai sebuah masalah dan dirinya mengetahui
sebabnya, seperti halnya mempunyai masalah cerai dengan istri atau
suaminya atau berpisah atau yang lainya dari masalah kehidupan yang ada,
maka biasanya dia berusaha keras untuk mencari solusi dan jalan
keluarnya dari perkara yang baru di alaminya tersebut, terkadang
perkaranya sulit dan jalan keluarnya seperti tertutup terlebih lagi di
barengi dengan rasa takut dan lemah, maka terkadang terlintas di dalam
pikiranya niat untuk mengerjakan sesuatu yang tidak di bolehkan, seperti
misalnya pergi ke paranormal, dukun atau tukang sihir. Yang terkadang
sebagian orang menyangka bahwa itu bisa menyelesaikan masalah atau dapat
menyembuhkan rasa sakitnya, atau sebagian menolak sakit tersebut dengan
menggembalikan, seperti sangkaan mereka, kepada pelakunya dengan
menggunakan sihir kembali, yang merusak dan menghancurkan kehidupanya,
sebagai bentuk balsan padanya. Maka perbuatan semacam ini tidak di
bolehkan. Adapun anda, wahai orang yang sedang di timpa musibah, maka
Allah Ta’ala yang akan memberi ganjaran padamu, jika engkau sabar,
jangan kamu rusak kehidupanmu dengan berbuat maksiat kepada Allah Azza
wa jalla, baik maksiat itu dengan sihir, mengganggu orang lain atau yang
lainya.
Lima belas Adakalanya kamu membenci sesuatu padahal itu adalah yang terbaik buat dirimu
Pandangan seseorang itu sangat terbatas sedangkan ilmu dan
pemahamannya juga sedikit, tidaklah dirinya melihat pada hari ini di
timpa oleh musibah dan bencana yang terkadang pada akhirnya pada masa
yang akan datang sebagai bentuk pemberian dan anugrah. Sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman:
( سورة البقرة : 216)( وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ
خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦ )قال الله تعالى:
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. QS al-Baqarah:
216.
Di dalam ayat ini ada beberapa hukum, rahasia dan kemaslahatan bagi
seorang hamba. Maka jika seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang ia
benci terkadang bisa mendatangkan dengan sesuatu yang ia cintai, atau
kebalikanya kalau yang ia cintai tersebut terkadang bisa mendatangkan
yang ia benci, sehingga tidak menjamin bahwa datangnya kerusakan
tersebut tidak mempunyai sisi kebaikan sama sekali, dan jangan sampai
dirinya berputus asa mana kala datang kepadanya kemudahan dari sisi
kerusakan yang ikut bersamanya, di karenakan dirinya tidak mengetahui
akhir dari akibat itu semua.
Dan sesungguhnya Allah Azza wa jalla mengetahui itu semua yang tidak
di ketahui oleh hamba-hambaNya. Betapa banyak di dapati ada seorang
wanita yang di cerai oleh suaminya, namun dengan sebab cerai tersebut
menjadi kebaikan bagi dirinya, dalam keadaan mengharap pahala dan
ganjaran, sabar dan berharap, ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah
Azza wa jalla, yang pada akhirnya terkadang datang kepada wanita
tersebut orang pria yang lebih baik dari suaminya yang pertama. Betapa
banyak di jumpai seorang bapak yang nampak pada benaknya kekhawatiran
terhadap anak-anaknya, maka dengan sebab itu menjadi langkahnya untuk
segera mengoreksi dan memperbaiki perkara dirinya dalam mendidik
anak-anaknya, sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Betapa banyak orang
yang mendapat apa yang ia dapat, yang pertama kai dirasakan adalah
kesedihan namun pada akhirnya kebahagian dan kesenangan yang ia peroleh.
Enam belas Ingat kematian, kubur, dan hari kiamat
Instropeksi diri sendiri sekarang menjadi suatu barang yang sangat
langka di kerjakan oleh manusia terlebih pada zaman ini, dan manakala
turun sebuah musibah baru dirinya menghadap kepada Allah Azza wa jalla
dengan hatinya, setelah itu ia sadar bahwa dirinya sangat kurang sekali
pada sisi ini (untuk mengoreksi diri sendiri), sedangkan akalnya
mengetahui bahwa kehidupannya yang di inginkan yaitu kehidupan yang
bahagia dan tentram namun dirinya sadar bahwa itu sangat pendek, tatkala
musibah membesar maka perkaranya menjadi jelas kelihatan, kalau
kehidupan tersebut sangat kecil sekali di depan kematian dan sakratul
maut, oleh karena itu jika dirinya ingat kematian maka perkaranya
menjadi ringan dan akan menjadikan dirinya zuhud terhadap dunia, musibah
menjadi terasa ringan dan mudah, terbayang pada dirinya apa yang akan
di alaminya nanti pada keadaan yang lebih hebat dan dahsyat dari musibah
yang di alaminya, yaitu pada hari kiamat ketika semua di nampakan di
hadapan Allah Azza wa jalla. Orang-orang beriman mereka adalah
orang-orang yang paling sabar ketika mendapat musibah, teguh di dalam
kesulitan yang di hadapinya, ridho terhadap rasa sakit yang di
rasakanya, karena mereka tahu kalau umur dunia ini sangatlah pendek di
banding dengan kehidupan akhirat nanti yang kekal abadi, mereka tidak
rakus untuk menjadikan dunia ini sebagai surga sebelum surga yang
sebenarnya pada hari akhir nanti.
Tujuh belas Berusaha mencari keridhoan Allah Azza wa jalla
Ini adalah perkara yang besar, yang sebagian orang telah lalai
darinya, terkadang masalahnya bisa di temukan jalan keluar namun di
dalamnya ada perkara yang samar atau yang makruh, atau pada asalnya
memang sudah tidak di bolehkan, seperti halnya, dirinya langsung
mengutamakan ridho atasanya pada perkara yang haram, atau seorang istri
lebih mencari ridho suaminya pada suatu hal yang di haramkan. sedangkan
Allah Subhanahu wa ta’ala murka pada orang yang mencari ridho makhlukNya
dari pada ridhoNya. Hal sebagaimana yang di katakan oleh Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”من التمس رضا الله بسخط الناس كفاه
الله مؤونة الناس ومن التمس رضا الناس بسخط الله وكله الله إلى الناس”
[رواه الترمذي].
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah dengan kemarahan manusia
maka Allah akan mencukupkan dirinya dari manusia, dan barangsiapa yang
mencari ridho manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah akan serahkan
urusanya pada manusia”. HR Tirmidzi.
Oleh sebab itu hendaknya kita berusaha di dalam mencari jalan keluar
dan gagasan atau ide bukan sesuatu yang di dalamnya ada yang di
haramkan, sama saja apakah itu menzalimi dirinya sendiri atau yang
mengakibatkan kepada keharama Allah Ta’ala atau juga menzalimi orang
lain dengan membuang hak-haknya mereka, maka tidak pernah di temukan
adanya kebahagian di dalam maksiat kepada Allah Azza wa jalla. Delapan
belas Sebisa mungkin hindari dahulu menggunakan badan hukum, seperti
polisi atau pengadilan, selagi perkaranya bisa di selesaikan secara
kekluargaan Yang namanya problem manusia itu berbeda-beda, dan di dalam
menghadapinya, kalau sudah dengan cara yang bagus, sabar dan tenang,
tidak tergesa-gesa, sebetulnya sudah cukup untuk bisa mencari solusi dan
menyelesaikan masalahnya, oleh karena itu hendaknya tidak berpikiran
sebisa mungkin untuk segera mengangkat masalahnya pada badan hukum
resmi, sehingga menjadikan pikiran tambah kalut, hati menjadi terasa
sempit dan menambah permusuhan.
Bahkan terkadang bisa jadi masalah tambah menjadi besar, kejelekanya
tambah meluas, dan menambah panjang masalahnya, maka hendaknya
menggunakan badan hukum sebagai akhir solusi ketika sudah buntu tidak
menemukan cara yang lain, tentunya setelah memasukan orang ketiga yang
bisa sebagai wasilah, dan setelah mengingatkan akan Allah Azza wa jalla
supaya takut kepadaNya. Karena sebagian perkara terkadang solusinya ada
melalui cara syar’i yang di dalamnya menjaga hak-hak masing-masing
orang, khususnya jika salah satu di antara yang bermusuhan penyebabnya
karena sombong, atau bodoh, melanggar haknya, iri atau dengki.
Sembilan belas Bertutur kata yang lembut dan mempunyai tata krama dalam memberi dan mengambil
Sebuah permasalahan bisa terkalahkan bersama dengan cara yang bagus
dalam mengatasinya, meringankan kejadianya dan meredam agar tidak
memuncak, melihat setiap sisi yang ada dalam masalah tersebut dengan
kacamata nyata bukan khayalan di barengi dengan memunculkan
kebaikan-kebaikan yang ada dan menutup hal-hal yang negative, dalam
contoh seperti ini sangat di perlukan ketika sedang dalam masalah rumah
tangga antara suami dan istri, atau juga dalam masalah hubungan dengan
saudara karib kerabat, teman sejawat atau ketika masalah itu terjadi
bersama dengan tetangga. Karena hubungan bersama dengan orang-orang yang
tadi, hubunganya panjang dan akan terus berlanjut, jadi jangan sampai
hubungan tersebut di di koyak-koyak dengan tingkah laku yang buruk pada
mereka atau di koyak dengan kalimat yang melukai persaannya. Namun wajib
bagi dirinya untuk menjaga hubungan tersebut dengan baik. Perhatikan
baik-baik firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut ini:
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
QS al-‘Imran: 134.
Dalam ayat di atas di sebutkan supaya perkaranya berkesinambungan
mulai dari tingkatan bawah yaitu menahan amarahnya kemudian memaafkan
kesalahan orang tersebut dan setelah itu naik lagi dengan berbuat baik
kepadanya. Barangsiapa yang melakukan salah satu dari tiga cabang yang
terpuji ini maka dirinya akan mendapati dampak yang luar biasa besarnya,
lalu apa kiranya jika sampai ada orang yang di beri taufik oleh Allah
Ta’ala untuk bisa melakukan semua cabang tersebut?!.
Dua puluh Menambah wawasan bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah
Jika kepala di hadapkan dengan sebuah kapak, sebagaimana ada sebuah
ungkapan sesorang supaya cepat untuk memperbaik sebelum ketinggalan dan
keburu pergi, maka sebaik-baik bekal yang bisa menambah ilmu dan amal
adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah NabiNya Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Di dalam buku-buku Islam atau juga dalam kaset-kaset ceramah
agama ada begitu banyak cara yang di sebutkan dalam maslah ini, ia
bagaikan sebuah obat yang manjur dengan izinnya Allah untuk mengatasi
berbagai macam bentuk problematika yang ada, dan sekarang alhamdulilah
took kaset dan buku sangat banyak bertebaran, dengan judul yang
berbeda-beda, seperti misalnya kaset atau buku yang membahas tentang
hubungan keluarga antara suami dan istri, atau bagaimana cara mendidik
anak, atau bagaimana menjalin hubungan dengan kerabat, dan lain
sebagainya, yang banyak sekali untuk di sebutkan satu persatu.
Dua puluh Satu Banyak berdo’a dan merendahkan diri kepada Allah Azza wa jalla
Tidak sampai kita di hampiri yang namanya kesedihan kesusahan
melainkan di sebabkan oleh banyaknya dosa-dosa yang kita lakukan, hal
itu persis sekali sebagaimana yang Allah Azza wa jalla firmankan dalam
kitabNya yang suci, Allah berfirman:
قال الله تعالى: { فَكُلًّا أَخَذۡنَا بِذَنۢبِهِۦۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ
أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِ حَاصِبٗا وَمِنۡهُم مَّنۡ أَخَذَتۡهُ ٱلصَّيۡحَةُ
وَمِنۡهُم مَّنۡ خَسَفۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ وَمِنۡهُم مَّنۡ أَغۡرَقۡنَاۚ
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ
يَظۡلِمُونَ ٤٠ } [سورة العَنكَبُوتِ: 40]
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya,
Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu
kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi,
dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri”. QS al-‘Ankabut: 40.
Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ
أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ ٣٠ } [سورة الشُّورَىٰ: 30]
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu)”. QS asy-Syuura: 30.
Lihatlah Muhammad bin Sirin ini berkata tatkala dirinya di tagih hutang, maka dirinya sadar dengan mengatakan:
“Sesungguhnya saya tahu kalau kesulitan ini di sebabkan dosa yang saya lakukan empat puluh tahun yang lampau”.
Berapa banyak yang telah kita lampaui aturan Allah Ta’ala tersebut,
betapa banyak dosa dan maksiat yang sudah kita lakukan, namun Allah
Subhanahu wa ta’ala masih saja menyayangi kita dan memaafkan sebagian
besar dari kesalahan-kesalahan kita, mana kala orang itu kondisinya
dalam keadaan lemah tatkala di timpa musibah, maka di bukankan baginya
pintu kembali dan taubat kepada Allah Ta’ala, dan ingatlah bahwa
sesungguhnya Allah Azza wa jalla Maha menerima taubat dari para hambaNya
dan mengampuni dari kesalahan-kesalahanya. Ada sebuah kata-kata mutiara
yang patut kita camkan, di katakan:
“Tidaklah bencana itu turun melainkan dengan sebab dosa yang
telah di kerjakan, dan tidak mungkin bencana itu hilang melainkan dengan
taubat kepada Allah Azza wa jalla”.
Dua puluh dua Jangan menganggap ringan dalam masalah usil dengan orang lain
Setiap muslim mengetahui kalau menyakiti orang lain lebih khusus lagi
kalau menyakitnya dengan ucapan yang jelek dan tuduhan keji, bahwa itu
adalah sesuatu yang sebenarnya tidak banyak merugikan dirinya, namun
yang merugikan mereka yaitu khususnya jika kamu tahu ucapan yang sangat
indah dari Imam Syafi’i yang mana beliau pernah mengatakan:
“Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya bisa selamat dari
celaan orang lain maka dia adalah orang yang gila, karena ada orang yang
mengatakan: “Bahwa Allah itu adalah tiga tapi jadi satu (aqidah
trinitasnya orang Kristen.pent), ada lagi yang mengatakan kalau Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah tukang sihir dan orang
gila, lantas apa pendapatmu dengan yang lebih rendah dari Allah Ta’ala
dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (tentu lebih tidak
selamat lagi dari celaan orang)”.
Kedudukan Rububiyah (ke Tuhanan.pent) saja masih tidak selamat dari
ucapan dan tudahan keji, begitu juga kedudukan kenabian tidak bisa
selamat dari kata-kata kotor dan keji, lalu apa jadinya dengan
pembicaraan dan ucapan orang lain terhadapmu, maka itu lebih mungkin
lagi terjadi. Oleh karena itu peganglah do’a ini: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم: “اللهم اكفينهم بما شئت”.
“Ya Allah cukupkanlah hamba (dari kejelakan mereka) dengan yang Engkau kehendaki”.
Barangsiapa yang mau menjaga lisannya maka Allah Subhanahu wa ta’ala
akan memuliakan dirinya dengan ganjaran dan pahala terlebih kalau mau
menjaga lisannya pada perkara mengejek orang lain, atau menggunjing
mereka atau membeberkan rahasia mereka pada orang banyak atau yang
lainnya. Dan kabar gembira baginya dengan kebaikan yang akan di
hadiahkan kepadanya sedangkan dirimu sudah lupa tidak teringat apa-apa
lagi, kecuali nanti ketika di bagikan catatan amalan kamu baru teringat
hal tersebut, pada hari yang sangat agung yaitu hari kiamat. Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat yang sangt agung pada kita
semua dengan sebuah sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”أمسك عليك لسانك، وليسعك بيتك، وابك على خطيبتك” [رواه الترمذي ]
“Jagalah lisanmu, dan lindungi rumahmu, menangislah kamu dari kesalahan yang telah kamu perbuat”. HR Tirmidzi.
Dua puluh tiga Segera mendatangi sholat berjamaah
Di dalam sholat ada ketenangan jiwa dan ketentraman bagi pikiran,
sholat merupakan pintu dari pintu-pintu yang denganya bisa membantu
untuk menghilangkan dan menutup penatnya dunia. Allah Ta’ala berfirman:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.
QS al-Baqarah: 45.
Adalah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Bilal:
“Wahai Bilal berilah kita waktu jeda (dari kesibukan dunia) dengan sholat”.
Di dalam sholat kita bisa mengeluarkan keluh kesah dan gundah kelana
yang sedang kita rasakan kepada Allah Azza wa jalla ketika kita sedang
sujud, menunjukan kepasrahan dan ketundukan di hadapanNya, sungguh di
dalam sholat ada kenikmatan yang besar, di mulai dari berwudhu kemudian
sholat, ketika engkau berdiri untuk sholat maka tidak ada lagi
penghalang tabir antara dirimu dan Allah Azza wa jalla. Sesungguhnya
sholat merupakan nikmat yang agung sebagai penengah antara problematika
dan kesedihan, rasa bahagia dan senang mana kala bermunajat kepada Rabb
alam semesta untuk memotong sulitnya kehidupan di dunia ini.
Dua puluh empat kabar gembira dengan pahala yang besar
Allah Ta’ala telah menjanjikan pahala dan ganjaran yang besar, akan
mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahan-kesalahannya, bagi siapa
saja yang sedang di timpa kesedihan, kesusahan, dan kegalauan. Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang orang-orang yang sedang di rundung
musibah:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. QS az-Zumar: 10.
Dalam sebuah hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”ما يصيب المؤمن من وصب ولا
نصب ولا هم ولا حزن ولا غم ولا أذى حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من
خطاياه” [متفق عليه].
“Tidaklah seorang mukmin itu di timpa rasa sakit, tidak pula
cobaan, kesedihan, kesusahan dan kegalauan, tidak juga musibah sampai
duri yang di injaknya melainkan Allah akan menghapus dengan sebab itu
dari kesalahan-kesalahanya”. Mutafaq’alaihi.
Ketika Ummu Ibrahim yang ahli ibadah itu di tabrak seekor kuda sampai
mematahkan salah satu kakinya sehingga para tetangganya datang untuk
menjenguknya, dia mengatakan:
“Kalau lah sekiranya tidak ada cobaan di dunia ini, tentulah kita akan meninggalkan dunia ini bagaikan orang yang bangkrut”.
Tatkala tali sendalnya Khalifah Umar bin Khatab semoga Allah
meridhoinya putus maka beliau mengucapkan kalimat istirjaa’ sambil
mengatakan:
“Setiap sesuatu yang jelek maka itu merupakan musibah bagimu”
Berkata Ibnu Abi Dunya:
“Mereka (para salaf) mengharap ketika terkena demam semalaman, supaya bisa menghapus dosa-dosanya yang telah lampau”.
Imam Nawawi mengatakan di dalam kitabnya syarh Shahih Muslim ketika menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”ما من مسلم يشاك بشوكة فما فوقها،
إلا كتب له بها درجة ومحيت عنه بها خطيئة” وفي رواية: “إلا رفعه الله بها
درجة، أو حط عنه خطيئة”.
“Tidaklah seorang muslim terkena duri atau yang lebih besar (dari
duri), melainkan di tulis (supaya) di naikan satu derajat baginya dan
di hapus dengan sebab itu kesalahannya”.
Dalam riwayat yang lain:
“Melainkan Allah Ta’ala akan mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahanya”.
Beliau, Imam Nawawi mengatakan:
“Di dalam hadits-hadits ini sebagai kabar gembira yang agung
bagi kaum muslimin, sesungguhnya walaupun sedikit saja ada salah seorang
muslim yang tertimpa dari perkara-perkara ini, maka di dalamnya ada
penghapus dosa dan kesalahan, baik itu dengan penyakit, cobaan, musibah
dunia dan kesedihannya, walaupun hanya sedikit yang dia rasakan”.
Dua puluh lima Mengetahui bahwa musibah yang di alaminya bukan yang terbesar
Bencana dan musibah itu biasanya jenis dan tingkatanya pasti
berbeda-beda dan setiap jenisnya sesuai dengan kondisi yang ada, namun
ada bencana yang paling besar yaitu bencana yang menimpa di dalam agama
seseorang, ia merupakan bencana yang paling besar yang ada di dunia ini,
sedangkan di akhirat nanti ia akan menjadi bumerang baginya, orang yang
terkena musibah di dalam agamanya seperti halnya kerugian yang tidak
ada kesempatan untuk bisa untung lagi setelahnya, mengharamkan sesuatu
yang seharusnya tidak di inginkan bersamanya. Dan mengherankan sekali
kalau ada seorang wanita yang merasa sedih, susah dan gundah mana kala
di tinggal oleh suaminya untuk menikah lagi, sedangkan beberapa bulan
sebelum kejadian tersebut dia memasukan kerumahnya televisi lengkap
dengan parabolanya, yang isinya pebuh dengan kemungkaran, namun dirinya
tidak merasa sedih dan khawatir seperti halnya tatkala di tinggal
suaminya menikah lagi, sedangkan suami menikah lagi adalah perkara yang
di bolehkan dalam agama, Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang Maha Agung
ketika fitrah manusia sudah terbolak-balik.
Dua puluh enam Memperhatikan nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang lainnya
Termasuk sebab terbesar untuk meringankan musibah yang menimpa, yaitu
seseorang merasakan nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang telah di
berikan kepadanya, ada nikmat hidup, di mana dirinya masih bisa sholat,
beristighfar dan berpuasa. Ada lagi nikmat kedua kaki yang bisa ia
gunakan untuk berjalan tanpa harus menggunkan kursi roda. Ada lagi
nikmat yang lain yaitu di beri dua tangan, dua mata dan nikmat-nikmat
yang lainnya, di banding dengan orang yang mengalami lumpuh mau pun
buta, begitu seterusnya. Berkata sebagian ulama salaf:
“Mengingat nikmat-nikmat Allah akan melahirkan kecintaan kepada
Allah Ta’ala”. Ketika ada seseorang melihat di tangan Muhammad bin
Waasi’ bisul yang bernanah maka dirinya kaget terperanjat, lalu Muhammad
bin Waasi’ berkata padanya: “Alhamdulillah (saya masih bersyukur) yang
mana Allah Ta’ala tidak menjadikan (penyakit ini) di lidahku, tidak juga
di ujung kedua mataku ini”.
Ada seorang laki-laki yang datang kepada Yunus bin Abid mengadu
padanya keadaan dirinya yang selalu saja susah mencari penghidupan,
berharap dirinya mendapat bantuan atau saran dari beliau, Yunus bin Abid
mengatakan: “Maukah kedua matamu itu saya ganti dengan seratus ribu
dirham? Dia cepat menjawab: “Tentu tidak, ya Syaikh? Beliau bertanya
lagi: “kalau begitu kedua telingamu? Lidahmu? Akal pikiranmu? Dia pun
tetap tegas menjawab:
“Tentu tidak mau”. Lantas beliau menyebut beberapa nikmat Allah
Ta’ala lainya yang telah di berikan padanya, kemudian Yunus bin Abid
berkata padanya: “Sekarang kamu mempunyai puluhan ribu juta dan kamu
masih saja mengeluh masih kekurangan?!
Sesungguhnya seseorang jika selalu mengingat nikmat-nikmat Allah Azza
wa jalla yang telah di berikan padanya, mana kala dirinya sedang di
rundung musibah, maka perkaranya akan menjadi ringan, musibah pun terasa
enteng di pikul di atas pundaknya, sehingga pada akhirnya menjadikan
dirinya bersyukur kepada Allah Ta’ala dan terasa ringan beban musibah
yang di alaminya.
Dua puluh tujuh Ketika mengambil keputusan, timbang baik buruknya secara matang
Yaitu dengan cara menggabungkan semua hasil dari sisi negatif dan
postifnya, dengan menjadikan pada setiap solusi ada sisi posotifnya dan
sisi negatifnya lalu di tulis di atas kertas, dengan membuat skema
menjadi seratus persen antara sisi positif dan negatifnya. Kemudian
setelah itu menimbang angka nominal yang di dapat dengan berusaha sebisa
mungkin untuk mengurangi sisi negatifnya karena terkadang dampak yang
akan di dapat adalah untuk masa depannya. Sehingga kita bisa keluar dari
masalah tersebut dengan solusi yang tepat dengan hasil dan dampak
posotif yang sesuai. Dan gambaran untuk lebih mudahnya, di sini saya
buat perumpamaan masalah yang terjadi dalam rumah tangga, ketika seorang
perempuan terjadi masalah antara dirinya dengan suaminya, maka di sini
bisa keluar dari masalah tersebut dengan beberapa solusi yang ada: Cara
pertama: Memilih untuk keluar dari rumahnya menuju rumah orang tuanya.
Sisi positifnya misalkan tujuh puluh sedangkan sisi negatifnya tiga
puluh. Cara kedua: Mengasih tahu mertuanya, misalkan atau imam masjid
tentang kejadiannya melalui suaminya. Dalam solusi ini misalkan sisi
positifnya lima pula, sisi negatifnya juga lima puluh. Cara ketiga:
Memilih untuk bersabar dan berusaha untuk mencari solusi yang lainya.
Misalkan sisi positifnya delapan puluh dan sisi negatifnya dua puluh.
Pada kasus seperti di atas, dengan di buat skema seperti tadi maka akan
menjadi jelas, dan yang paling sedikit membawa madharat untuk melepas
masalah tersebut adalah solusi yang terakhir, karena dampak negatifnya
paling sedikit. Maka dengan itu dia memutuskan untuk mengambil cara
tersebut.
Dua puluh delapan Memasukan orang ketiga untuk di mintai pendapatnya
Sebagian kejadian atau masalah terkadang di butuhkan masuknya orang
ketiga yang tepat untuk bisa mengatasi masalah tersebut, seperti contoh
misalnya seorang perempuan yang mempunyai suami yang tidak mau sholat di
masjid bersama jama’ah, termasuk salah satu solusi yang paling sesuai
pada kasus besar yang semacam ini adalah memasukan orang ketiga yang
tidak lain yaitu imam masjid, untuk bisa menyelesaikan masalah suaminya
yang tidak mau sholat di masjid, yaitu dengan mengundang imam masjid
datang kerumahnya dan bertamu pada suaminya dengan pembicaraan ringan
yang berkaitan dengan masalah sholat. Sedangkan dalam masalah yang lain,
seperti dalam mendidik anak, maka bisa memasukan orang ketiga dari
pihak saudara dekat maupun guru sekolahnya, demikian seterusnya. Dan
perlu di ingat di sini, bahwa ketika sudah memasukan orang ketiga maka
masukan dia pada pokok masalahnya, dengan membicarakan bersama mereka
pada akar masalahnya saja, dengan artian jangan sampai pembicaraanya
melampaui batas sehingga masuk pada perkara lain atau masuk pada
permasalahan yang sudah usang, begitu seterusnya. Namun membicarakan
hal-hal yang positif sehingga bisa sebagai pintu masuk yang berada
ditengah-tengah solusi.
Dua puluh Sembilan Berusaha mencari sebab munculnya masalah
Biasanya sebuah masalah itu tidak datang begitu saja secara tiba-tiba
namun pasti ada penyebab yang muncul sebelumnya sampai terjadi
masalahnya. Dari sisi pendidikan misalkan, tidak mungkin seorang anak
remaja baik putra maupun putri bisa tiba-tiba menyeleweng pada pergaulan
yang tidak benar dalam sehari semalam, namun pasti di sertai adanya
tahapan sampai pada tingkah laku yang seperti itu baik tahapannya itu
panjang maupun pendek, di tambah lagi dengan adanya alat atau penyebab
yang menjadikan remaja itu menjadi menyeleweng, sepert teman yang buruk
misalkan, atau saluran televisi, atau bisa juga telepon atau hp, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu termasuk sarana untuk mengatasi sebuah
masalah adalah mengetahui pangkal akar masalahnya, dan mengatasinya
dengan cara yang sempurna bukan sedikit demi sedikit atau bertahap
dengan waktu saja, terkadang mengatasinya itu bisa memanjang sesuai
dengan gerak langkahnya dan sesuai dengan solusi yang di pilihnya serta
membekas atau tidaknya hal tersebut, demikian juga sesuai dengan
kepribadian anak yang menyeleweng tersebut, dan sebab-sebab yang lainya.
Tiga puluh Menjaga lisan
Sebagian masalah muncul dan yang menjadi bahan bakarnya adalah lisan,
terkadang menyampaikan ucapan seseorang pada pihak lain, sedangkan
perkaranya pada aslinya mudah namun hal itu menjadi penyebab munculnya
sebuah masalah. Oleh karena itu gambaran tentang lidah yang harus di
jauhi oleh seorang muslim ada pada beberapa perkara seperti ghibah
(menggunjing), mengadu domba, bohong, dusta, mengolok-olok, mencibir,
menghujat, mencela dan melaknat, ini harus di tinggalkan oleh seorang
muslim, lantas bagaimana kalau seandainya hal itu menjadi penyebab
munculnya sebuah masalah, dan dada terasa bergemuruh (mendengar ucapan
yang dikatakannya)? Tidak mengapa sebetulnya bagimu namun terkadang
orang lain terkena penyakit seperti di atas lalu keluar begitu saja
tanpa bersalah dari lidahnya, maka yang terbaik bagi dirimu jangan
terpancing dan jangan di gubris, bertawakallah kepada Allah Ta’ala dan
memohon supaya di selamatkan dari keburukan lidahnya dan di jauhkan dari
kejelekannya.
Tiga puluh Satu Mengatasi sebuah masalah bukan berarti menghukumi dan menyelesaikan seluruhnya
Namun jika terjadi sebuah musibah seperti perceraian misalnya maka
cukup berhenti pada solusi yang di dapat untuk mengatasi permasalahannya
dan berhenti pada batasannya, jangan sampai malah menyebar kemana-mana
dan merusak yang lainya, sehingga hubungan setelah perceraian menjadi
rusak, apa lagi jika terjadi perceraian namun di situ melibatkan
anak-anak yang di tinggalkan, (maka) dengan sebab hubungan yang jelek
tersebut mereka jadi korbannya. kemudian juga (pada akhirnya) mungkin
permasalahan cerainya sudah dapat teratasi, semuanya kembali seperti
sedia kala, suami kembali lagi bersama istrinya, ibu kembali kerumahnya
lagi dan anak-anak kembali kerumahnya. Maka cukup hanya dengan mengatasi
masalahnya tanpa harus tersebar beritanya kesana-kemari. Jika ada orang
tertimpa musibah tangannya patah misalkan kemudian datang ke dokter,
maka dalam kasus seperti ini (ada) sebab yang bisa di pahami darinya,
karena tanganya mau tidak mau harus diperban dan gips sampai bisa sembuh
sedikit demi sedikit, kemudian diobati begitu seterusnya sampai sembuh
dengan cara yang benar.
Tiga puluh dua Jangan sampai masalah itu mengambil seluruh waktu hidupmu
Tidak dipungkiri bahwa problem yang sedang terjadi itu sangat besar
dan sulit untuk di atasi sebagaimana persangkaan orang, namun hal itu
tidak bisa di benarkan seratus persen sampai menyangka sejauh itu.
Jangan sampai sebuah problem mengambil seluruh waktu yang kamu miliki,
jangan sampai waktu-waktu emasmu dan pikiranmu terkuras habis hanya
untuk masalah yang sedang kamu hadapi, yang pada nantinya justru akan
mengantarkan pada problem yang lain, dan membuat pekerjaan yang lain
rusak, demikian juga menambah risau, gelisah dan gangguan psikologi.
Akan tetapi jadikan masalahnya sesuai dengan ukurannya, dudukan pada
posisinya yang pas, kerjakan pekerjaan yang biasa kamu kerjakan, bahkan
kalau mungkin jadikan tambahan waktu untuk melepas lelah, dan
menjernihkan pikiran, misalnya dengan bertemu bersama kenalan atau teman
dekat sehingga pikiran bisa konsentrasi kembali dan melupakan problem
yang sedang di hadapinya.
Tiga puluh tiga Mengetahui kepribadian orang yang sedang mempunyai masalah bersamamu
Sebagian problem biasanya di jumpai ada pihak lain dari orang kedua,
ketiga dan seterusnya. Seperti dalam rumah tangga antara suami dan istri
atau anak bersama keluarganya. Dan dengan mengetahui kepribadian orang
lain maka menjadikan suatu hal yang sangat menentukan manakala akan
mengambil sebuah keputusan yang cocok, sebagian di antara mereka ada
yang mudah pembawaanya, sebagian lagi ada yang lembut dan bijaksana,
yang lain lagi suka menyesali perbuatanya dan cepat kembali jika di
ingatkan, ada lagi yang jika di ingatkan kepada Allah Ta’ala langsung
takut, demikian seterusnya. Terkadang hal itu menjadi sebab teratasinya
sebuah masalah dengan cara mengetahui kepribadian orang dengan cara yang
benar.
Tiga puluh empat Lingkungan yang ada di sekelilingnya
Setiap problem atau masalah mempunyai lingkungan yang ia tumbuh di
dalamnya, maka kita harus paham dengan adanya orang yang bisa di jadikan
sebagai penengah, karena ada orang yang gampang percaya manakala ada
penengah yang di percayainya. Dengan cara mengirim surat pada penengah
tersebut supaya di perhatikan cara berpikirnya, sejauh mana cara
pandangnya, dan apa yang harus di lakukan serta bagaimana harus berbuat?
Demikian, dan sebagian orang ada yang mereka anggap sebagai tempat
untuk mengadu pada setiap urusanya, untuk meminta pendapat padanya siapa
yang harus di mintai pendapatnya? Kepada siapa harus mengungkapkan?
Maka terkadang setelah itu keputusan di ambil lewat cara orang yang di
anggap mempunyai kedudukan sebagai penengah seperti dari kerabat dekat
atau teman atau kenalan atau yang lainnya.
Tiga puluh lima Mengetahui secara luas keadaan orang lain
Di sebagian tempat biasa seseorang berkumpul bersama saudara atau
teman dekatnya, terkadang di dalam pembicaraan mereka ada masalah yang
terkadang mirip sekali dengan masalah yang sedang di hadapinya, maka
biarkan orang-orang yang hadir di situ berbicara dan mengemukan
pendapatnya masing-masing guna memilih dan mencari solusi yang terbaik
(bagi masalah tersebut). Adapun dirimu lebih baik diam dan menyimak
pembicaraan mereka sambil memilih jalan terbaik yang paling sesuai untuk
mengatasi masalahmu. Dalam hal seperti ini maka engkau akan melihat
bagaimana keadaan orang lain, dan bagaimana bahwa di antara mereka juga
ada bahkan banyak yang mengalami masalah dan musibah? Bahkan barangkali
masalah dan musibah yang sedang mereka hadapi lebih berat dari yang kamu
alami. Dan dalam pembicaraan orang lain kita bisa menghibur hati, bahwa
kiranya engkau bukan sendirian yang sedang mengalami masalah, dan
ternyata tidak ada rumah melainkan di hampiri masalah (baik masalahnya
kecil mau pun besar), namun keadaaan orang tertutupi, dan isi dalam
rumah juga tertutupi sedangkan yang mengetahui keadaan mereka semua
hanya Allah Azza wa jalla.
Tiga puluh enam Mendatangi konsultan yang bisa di percaya
Pada zaman sekarang ini banyak sekali bermunculan kantor atau
pusat-pusat konsultasi, lebih khusus lagi yang berkaitan dengan urusan
rumah tangga, dan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan dan
perbedaan yang ada antara keduanya. Demikian juga ada kosultan yang
menangani bagaimana cara mendidik anak. Dan yang paling bagus cara
mendidik mereka dan di antara pusat pelayanan kosultasi tersebut adalah
yang berada di bawah yayasan sosial, seperti proyek Syaikh Abdul Aziz
untuk membantu remaja menikah. Di antaranya juga ada berdiri sendiri
atau berhubungan dengan yayasan yang lain. Mungkin dengan mendatangi
tempat-tempat seperti itu ada ide dan gagasan yang bagus dan berguna.
Tiga puluh tujuh Meminta pendapat pada orang lain
Jika seseorang terkena masalah dari permasalahan dunia, maka dirinya
membutuhkan cara untuk bisa menyelesaikan dan lepas dari masalah
tersebut dengan meminta bantuan orang yang mempunyai pemikiran yang
bagus dan jernih, untuk membantu menyelesaikan masalahnya, tentunya
setelah meminta pertolongan terlebih dahulu kepada Allah Azza wa jalla.
Namun di sini muncul sebuah pertanyaan yang sangat penting dalam kasus
yang semacam ini, pada siapa kita seharusnya meminta pendapat? Kepada
siapa kita tuangkan segala unek-unek dan keluh kesah kita? Berkata Umar
bin Khattab semoga Allah meridhoinya:
“Jangan membicarakan (masalahmu) pada orang yang tidak bisa
membantumu, kenali musuhmu, hati-hati pada temanmu kecuali orang yang
bisa di percaya, dan tidak ada yang bisa di percaya melainkan orang yang
takut kepada Allah Azza wa jalla, jangan (coba-coba) berjalan bersama
orang fajir karena dia akan mengajari kamu bagaimana berbuat fajir.
Jangan sebarkan rahasia pribadimu dan jangan mengajak bermusyawarah pada
perkaramu melainkan orang-orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla”.
Siapa yang mau memperhatikan keadaan para konsultan pada zaman ini
maka dia akan terheran-heran, karena di antara mereka ada yang memang
tidak berpengalaman dalam masalah ini. Ada lagi yang lain yang tidak
mempunyai ilmu dan paham dengan ilmu syar’i, yang bisa menunjuki
pekerjaannya, yang lain lagi ada konsultan di kalangan perempuan, (yang)
di dapati ketika ada orang yang berkonsultasi dengannya maka dia dengan
terburu-burunya memberi keputusan dengan menganjurkan supaya
meninggalkan suaminya, sambil panjang lebar menjelaskan bahwa tidak ada
faidahnya tinggal bersamanya lagi, kemudian sang wanita yang
berkonsultasi tersebut setelah selesai berbicara dengannya, langsung
menemui suaminya dan minta cerai darinya. Dia biarkan wanita malang
tersebut merasakan pahitnya akibat dari anjuran sang konsultan tersebut
dengan perceraian dan perpisahan bersama suaminya. Bahkan di sana ada
orang yang setelah berkonsultasi pada mereka itu pulangnya membawa iri
dan dengki yang membara di dalam hatinya.
Adapun usalan yang pertama hendaknya berkonsultasi kepada orang-orang
yang jauh hubungan darinya, sehingga bisa menjaga rahasia dan
permasalahanya, jauh untuk menyebarkan luaskan. Sedangkan usulan yang
lain bahwa orang yang sebaiknya di ajak untuk berkonsultasi hendaknya
mereka para ulama dan orang sholeh, karena akan terjaga rahasianya dan
tidak di sebarkan ke seorang pun, karena melihat begitu banyaknya orang
yang datang kepada para ulama dan para syaikh, sedangkan yang lain
karena mereka adalah orang-orang yang sholeh dan wara’ yang akan
menunjukan kepadamu untuk menyelesaikan masalah dengan ilmu dan cahaya
dengan izin Allah Ta’ala. Dan tidak mengapa kalau sekiranya kamu lebih
banyak lagi berhubungan atau berkonsultasi dengan para penuntut ilmu
yang mumpuni, karena melepas problem bukan seperti meminta fatwa. Karena
sudah menjadi kebiasaan bahwa yang namanya sebuah problem, biasanya
harus panjang lebar menjelaskan duduk permasalahanya, maka saya anjurkan
supaya menghubungi para penuntut ilmu terlebih dahulu sebelum para
masyayaikh besar, dikarenakan sempitnya waktu yang mereka miliki dan
kesibukan yang mereka hadapi dengan urusan memberi fatwa. Bersamaan
dengan itu juga dirinya harus teliti di dalam memilih pendapat secara
adil yaitu dengan membandingkan pendapat yang lain secara imbang
sehingga penyelesaianya bisa lebih positif hasilnya.
Tiga puluh delapan Kerjakan sholat Istikharoh
Setelah engkau mendengar dan mempunyai beberapa solusi yang ingin
engkau pilih, yang melekat di dalam hati, maka setelah berkonsultasi
pada orang yang kamu anggap mampu dan mendengar pendapat dan anjurannya
untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi, maka lakukanlah
sholat istikharoh yang telah di ajarkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa
sallam kepada kita sebagaimana telah shahih dalam sebuah hadits. Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau salah seorang di antara
kalian hendak melakukan sesuatu hal, hendaknya ia melaksanakan sholat
dua rakaat selain sholat wajib, kemudian berdoa:
[ اللهم إني أستخيرك بعلمك، وأستقدرك بقدرتك، وأسألك من فضلك العظيم،
فإنك تقدر ولا أقدر، وتعلم ولا أعلم وأنت علام الغيوب، اللهم فإن كنت تعلم
هذا الأمر وتسميه باسمه، خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري فاقدره ويسره
لي ثم بارك لي فيه؛ اللهم وإن كنت تعلمه شرًا لي في ديني ومعاشي وعاقبة
أمري، فاصرفني عنه واصرفه عني، واقدر لي الخير حيث كان، ثم رضني به ولا حول
ولا قوة إلا بالله ]
“Ya Allah, aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, aku
memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon kepadaMu
keutamaanMu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara
aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib.
Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan apa yang
menjadi persoalannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku dan akhir
urusanku, maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk
mendapatkanya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila
Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku
dan akhir urusanku, maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan
hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku
bagaimanapun adanya, kemudian buatlah aku ridha dengannya, tidak ada
daya dan kekuatan melainkan dari Allah”. HR Thabrani dari Ibnu Umar.
Tiga puluh Sembilan Semuanya memerlukan waktu
Waktu adalah bagian dari solusi (sebuah masalah) bahkan bisa jadi
waktu adalah solusi yang (akan mengobati masalah), yang berjalan dengan
sendirinya bersama berlalunya hari demi hari, dan malam yang tiada
henti, orang yang di tinggal meninggal sudah lupa akan musibahnya,
perempuan yang di cerai telah menikah kembali anaknya yang kecilpun
sudah mulai tumbuh besar, dan ibunya pun telah melupakan anaknya yang
telah di susui. Dan Allah lah tempat meminta pertolongan. Biarkanlah
hari berlalu, carilah amal sholeh yang bisa mendekatkan dirimu
sedekat-dekatnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, hari akan datang
silih berganti mengambil bagiannya. Dan nafas kita ini akan berhenti
pada ketentuanNya, kemudian datanglah penghancur segala kenikmatan
membawa hati yang berduka, dan akal yang telah lelah untuk berpikir,
kemudian setelah itu tinggal pembalasan dan perhitungan di hadapan Allah
Ta’ala. Innaa lillahi wa inaa ilaihi raji’un.
Empat puluh Menyerahkan semua urusannya kepada Allah Ta’ala
Seorang manusia seberapa pun sedih dan merananya di dunia ini, tidak
ada yang lain kecuai sesuatu yang telah di takdirkan baginya oleh Allah
Azza wa jalla, maka jika dia telah berusaha dengan segala kemampuannya,
meminta nasehat kesana kemari pada orang yang dia percayai, sholat
istikharoh juga sudah di kerjakan, namun semua perkaranya berada di
tangan Allah Azza wa jalla, yang mengatur segala urusan makhlukNya
sesuai dengan apa yang di kehendakiNya. Oleh karena itu selalu berbaik
sangkalah pada hukum dan ketentuan Allah Azza wa jalla, terlebih jika
dirimu telah berusaha sekuat tenaga. Memujilah kepada Allah Ta’ala yang
telah memberi takdir pada setiap perkara, dan wajib bagimu merasa
bahagia dan senang karena dirimu bisa kembali untuk berpegang pada tiang
yang kokoh dan pada Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lihatlah keadaan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika dirinya merasa
sedih sekali tatkala di tolak oleh kaumnya setelah usaha dan kemampuan
yang beliau korbankan untuk mendakwahi mereka, maka Allah Azza wa jalla
berfirman kepada beliau, dengan firmanNya:
( سورة فاطر: 8)( فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ)قال الله تعالى:
“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan (yang kamu rasakan) terhadap mereka”. QS Faathir: 8.
Penutup
Saudaraku, jika rasa sakit dan kesedihan menerpa dirimu di sebabkan
sebuah musibah, dan segala usaha telah engkau tempuh, namun kegelapan
menutup jalannmu, sadarilah bahwa itu termasuk kejadian dunia yang telah
di takdirkan. Oleh karena itu dirimu harus tunduk dan merasa ridho
dengan apa yang telah di tentukan dan di takdirkan oleh Allah Azza wa
jalla, , karena ridho dengan qadha dan takdir Allah Azza wa jalla itulah
kedudukan yang utama. Allah Ta’ala berfirman:
( سورة التوبة : 51)( قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ )قال الله تعالى:
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa
yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami”. QS
at-Taubah: 51.
Kemudian tingkatan yang kedua adalah sabar dengan musibah yang
menimpa, dan tingkatan sabar ini bagi orang yang tidak mampu untuk ridho
dengan qadha Allah Ta’ala, karena rasa ridha adalah sesuatu yang di
anjurkan sedang sabar adalah suatu kewajiban bagi seorang mukmin kokoh.
Ketahuilah bahwasanya ketika dirimu ditimpa suatu musibah yang tidak
engkau senangi, maka pahamilah bahwa yang telah mentakdirkan (adanya
musibah) adalah Allah Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui,
Dzat yang berbuat sesuai dengan yang di kehendaki dan menghukumi apa
yang di inginkan. Begitu juga bahwasanya Allah Ta’ala telah memberi
rahmatNya yang bermacam-macam kepada hambaNya tanpa pamrih, kemudian
setelah itu Allah Ta’ala memberi rahmat dan taufikNya kepada hambaNya
untuk bisa bersyukur, merahmatinya dan memberinya ujian, kemudian
setelah itu memberi rahmat dan taufikNya untuk bisa bersabar, maka
keridhoan kepada Allah Ta’ala di dahulukan atas segala yang telah kita
rencanakan, karena manusia merencanakan tetapi Allahlah yang menentukan,
Allah Ta’ala juga menyayangi dengan menjadikan adanya musibah tersebut
sebagai penghapus dosa dan kesalahannya serta menambah kebaikan dan
mengangkat derajatnya.
No comments:
Post a Comment