Monday, 13 July 2015
Rahsia Di Sebalik Sabar
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah 153 – 154)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa setelah Allah Swt menjelaskan tentang bersyukur, Alah Swt mensyariatkan tentang sabar dan petunjuk serta minta pertolongan dengan sabar dan shalat. Sebab seorang hamba hanya mengalami dua kemungkinan, mendapat nikmat yang membuatnya bersyukur atau mendapatkan perkara yang sebaliknya (nikmat) yang membuatnya bersabar.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh menakjubkan seorang mukmin itu, jika mendapatkan perkara yang menyenangkan, dia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Jika dia ditimpa perkara yang tidak menyenangkan, dia bersabar dan bersabar itu baik baginya”
Musibah adalah Ujian
Kemudian Allah menyebut jenis-jenis ujian yang akan menimpa manusia sebagai ujian dalam menjalankan Islam dan mengemban dakwah serta menjelaskan janjiNya kepada orang-orang yang sabar dan tetap teguh dalam memperjuangkan kebenaran dan mengembalikan segala musibah dengan mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun’
Jenis-jenis ujian yang disebutkan oleh Allah serta dijanjikan kebaikan bagi orang yang lulus ujian adalah sebagai berikut. Pertama, terbunuh dalam jihad fisabilillah. Yaitu terbunuhnya seseorang yang sedang memerangi musuh-musuh Allah dalam rangka menegakkan kalimatNya. Dengan catatan orang itu mati dalam keadaan maju menyerang, bukan lari ke belakang, dan tetap tegar di medan peperangan.
Orang yang meninggal seperti itu akan hidup disisi Allah sekalipun tidak dirasakan oleh manusia yang hidup, karena kehidupan baru itu sifatnya ghaib bagi manusia. Namun kehidupan baru itu merupakan kehidupan yang baik dan suci. Dalam sebuah hadits dikatakan “Siapa yang berperang menegakkan kalimat Allah maju ke depan dan tidak lari ke belakang, maka itulah jihad fisabilillah”
Kedua, ujian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, teman, jiwa dan buah-buahan. Yaitu ujian dengan bermacam-macam jenisnya. Apapun jenis ujian itu yang menimpa seorang muslim maka ia adalah ujian. Ketakutan, tidak aman, kemiskinan dan kelaparan, berkurangnya harta karena rugi, berkurangnya jiwa atau personil lantaran sakit atau wafat, berkurangnya buah-buahan lantaran paceklik. Allah menyebut dengan lafazh ‘bi syai’in’ artinya apapun keadaannya musibah itu, kecil atau besar, ringan atau berat, maka itu tetap merupakan ujian dan bersabar atasnya pahala besar. Diriwayatkan bahwa tatkala mati lampu Nabi Saw mengucapkan ‘Inna lillaahi’ lalu beliau bersabda: “Segala sesuatu yang menyakiti seorang mukmin maka itu merupakan musibah dan ia berhak atas pahala”
Menurut Imam Al Qurtubi, ujian atau bala’ itu ada yang baik maupun yang buruk. Ayat ini berarti bahwa Allah Swt menguji kaum muslimin agar Dia mengetahui siapa mujahid dan yang sabar. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ujian Allah itu terkadang sesuatu yang menyenangkan dan terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti rasa takut dan lapar.
Kiat Menghadapi Ujian
Allah Swt meminta kita untuk minta tolong dengan sabar dan shalat dalam rangka menjalankan Islam dan mengemban dakwah kepadanya, dan teguh mempertahankan kebenaran dalam perjuangan. Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwasanya Rasulullah Saw apabila dia memperhatikan perkara yang penting, beliau Saw minta tolong dengan shalat.
Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang kusukai dari dunia kalian, yaitu rizki yang baik, wanita dan aku jadikan sedapkan mataku (‘qurrata ‘aini) dalam shalat”
Shalat memberikan energi yang kuat kepada seorang mukmin dalam menghadapi kedzaliman dan orang-orang yang zalim. Juga memberikan tekad yang bulat dalam mempertahankan kebenaran, memberikan ketegaran, keyakinan yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan.
Sabar yang disebut sebelum shalat dalam ayat di atas, adalah untuk menonjolkan urgensi dari sabar. Shalat merupakan hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya, sedangkan sabar merupakan hubungan antara seseorang hamba dengan Rabb-nya, dirinya dan sesama manusia. Dan sabar merupakan ukuran dari ketegaran tatkala menghadapi kesulitan dan berbagai musibah.
Allah menjelaskan bahwasanya seorang muslim tatkala bersabar atas ujian dan mengembalikan perkara itu kepada Allah dan mengucapkan ‘Inna lillaahi wa inna ilaihi rojiuun’ (ayat 156) maka akan mendapatkan pahala yang besar. Bukan hanya itu, bahkan di duniapun mereka mendapatkan kebaikan yang banyak!
Menurut Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
‘Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik”
Ummu Salamah berkata: Tatkala Abu Salamah wafat akan mengucapkan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku dan Allah menggantikan untukku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah Saw.
Presepsi yang Salah
Sebagian masyarakat menyangka bahwa seseorang yang mementingkan keselamatan dirinya sendiri lalu dia uzlah meninggalkan masyarakat, serta membiarkan kemungkaran dan sepak terjang orang-orang yang mungkar, dan melihat keharaman dan kemaksiatan merajalela, batas-batas hukum Allah terlanggar dan jihad ditinggalkan lalu dia tidak membendungnya tetapi malah menjauhinya serta meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, sebagian masyarakat menganggapnya bahwa hal itu adalah sabar.
Sesungguhnya yang demikian itu bukanlah sabar yang Allah janjikan pahala bagi pelakunya dengan jannatun na’im. Bahkan hal ini merupakan kelemahan yang Rasulullah sendiri berlindung darinya. Beliau berdo’a “Aku berlindung kepada Allah dari kelemahan, kemalasan, kepengecutan, kebakhilan, kebingunan, kesedihan, lilitan hutang dan penindasan orang” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sesunguhnya sabar adalah anda berkata atau melakukan tindakan yang benar lalu anda memikul beban derita di jalan Allah akibat berkata dan bertindak benar itu, tanpa anda menyimpang, melemah, dan melunak alias menyerah. Sesungguhnya sabar adalah sesuatu yang diletakkan oleh Allah berurutan dengan taqwa.
Sesungguhnya sabar adalah sifat yang dilekatkan oleh Allah kepada para mujahidin. Dia berfirman : “Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yan bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imron 146).
Sesungguhnya sabar atas ujian atau qadha, membuat orang menjadi tegar, bukan menjadi goyah, serta membuat orang berpegang teguh kepada Al Qur’an, bukan malah menjauhinya. Dan sabar itulah yang menambah seseorang menjadi dekat kepada Allah, bukan malah menjauh. Allah berfirman: “Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim’” (QS. Al Anbiya’ 87).
Jadi sabar adalah bahwasanya anda beramar ma’ruf nahi mungkar, dan anda tidak lemah dalam menghadapi bahaya dalam perjuangan di jalan Allah. Jadi sabar adalah anda menjadi seorang prajurit dalam pasukan kaum muslimin yang sedang memerangi musuh-musuh Allah Swt.
Jadi sabar adalah anda benar-benar menjawab seruan Allah, dalam firmanNya: “Kamu sunguh-sunguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (QS. Ali Imron 186).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment