DDHK News, Hong Kong — “Saya prihatin sama teman-teman sesama BMI. Banyak sekali yang menyebut majikannya lampir, gerandong, tuyul, dan lain-lain. Apakah hal seperti itu boleh dilakukan oleh seorang muslim? Mohon penjelasannya. Terima kasih,” tanya seorang jama’ah yang tidak mau disebutkan namanya melalui DDHK News.
Ustadz Azroi Abdussyukur (Da’i SDSB DDHK dari DD Kaltim) menjelaskan,
dalam agama Islam dilarang memanggil orang lain dengan panggilan buruk.
Dalam Surah Al-Hujurat disebutkan tentang tata cara pergaulan, termasuk
dalam berkata-kata.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11).
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah:8).
Dijelaskannya, dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kita untuk memanggil dengan panggilan yang baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kita dalam urusan agama.
Pada zaman jahiliyah, di sebuah perempatan jalan di Madinah, ada seorang pengemis buta. Setiap hari dia mencaci-maki Rasulullah Saw. “Muhammad bukan nabi, Muhammad itu gila!”.
Ketika seorang sahabat melihat hal itu, dia langsung menyampaikan kepada beliau, “Ya Rasul, ada orang Yahudi, buta, pengemis, dan mencela engkau, bagaimana ini?”
Rasulullah tidak marah. Beliau datang mengecek pengemis tersebut dan membawakannya roti. Ternyata benar yang tadi diceritakan oleh sahabat, namun Rasulullah justru dengan penuh kasih sayang menyuruh pengemis tersebut berhenti mencaci-maki untuk makan. Beliau bahkan menyuapinya.
Pengemis buta tersebut merasakan yang menyuapinya penuh kasih sayang, namun ia tidak tahu bahwa beliau adalah Rasulullah Saw.
Ia sempat bertanya, namun Rasulullah mengaku sebagai orang biasa, hamba Allah. Menurut satu riwayat, Rasulullah Saw terus mendatangi pengemis tersebut dan menyuapinya setiap hari sampai beliau meninggal dunia.
Setelah beliau meninggal, mertua Rasulullah, sekaligus sahabat Rasul, Abu Bakar Asysyidiq ra, ingin melanjutkan segala perjuangan Rasulullah. Semua sunnah Rasulullah yang besar-besar sudah dilakukan oleh Abu Bakar, namun Aisyah mengatakan masih ada yang belum ayahnya lakukan, yaitu kebiasaan Rasulullah mendatangi dan menyuapi seorang pengemis buta tersebut.
Maka datanglah Abu bakar kepada pengemis tersebut dan menyuapinya layaknya rasulullah. “Rasanya lain, kamu bukan yang biasanya menyuapi aku, kemana itu orang?” tanya pengemis tersebut. “Beliau sudah meninggal,” jawab Abu bakar. “Siapa dia?” lanjut pengemis itu.
“Dialah Muhammad yang setiap hari engkau caci-maki,” jelas Abu Bakar. Pengemis tersebut menangis histeris, “Mengapa orang sebaik itu aku caci-maki?” sesalnya.
Dari kisah itu dapat kita ambil kesimpulan, Rasulullah Saw mencontohkan untuk berbuat baik kepada orang lain, walaupun mereka menghina dan mencaci maki kita, selama mereka tidak memerangi kita dalam masalah agama, kita harus berbuat baik.
“Berbuat baiklah, tapi jangan takut pada majikan, jangan menyembahnya, dan harus sopan. Namun jika majikan menampar atau memukul kita, jangan sampai membiarkan atau memukulnya balik, yang harus dilakukan adalah melaporkan pada yang berwajib.”
Apa pun yang majikan perintahkan, lakukanlah, selama itu bukan tindakan maksiat, misalnya disuruh minum bir atau makan babi, usahakan menghindar namun dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda “Berkatalah yang baik atau kalau tidak bisa, sebaiknya diam.”
“Jika kita merasa sebagai seorang muslim, maka sudah kewajiban kita untuk mengamalkan apa yang Rasulullah contohkan. Kita harus mampu menunjukkan bahwa Islam itu agama rahmatan lil ‘alamin. Jangan sampai kebaikan-kebaikan yang kita lakukan terhapus oleh dosa-dosa dari kata-kata kita yg tidak baik, maka mari perbaiki kata-kata kita”, pungkasnya. (Lina Aprilianti/ddhongkong.org).*
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11).
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah:8).
Dijelaskannya, dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kita untuk memanggil dengan panggilan yang baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kita dalam urusan agama.
Pada zaman jahiliyah, di sebuah perempatan jalan di Madinah, ada seorang pengemis buta. Setiap hari dia mencaci-maki Rasulullah Saw. “Muhammad bukan nabi, Muhammad itu gila!”.
Ketika seorang sahabat melihat hal itu, dia langsung menyampaikan kepada beliau, “Ya Rasul, ada orang Yahudi, buta, pengemis, dan mencela engkau, bagaimana ini?”
Rasulullah tidak marah. Beliau datang mengecek pengemis tersebut dan membawakannya roti. Ternyata benar yang tadi diceritakan oleh sahabat, namun Rasulullah justru dengan penuh kasih sayang menyuruh pengemis tersebut berhenti mencaci-maki untuk makan. Beliau bahkan menyuapinya.
Pengemis buta tersebut merasakan yang menyuapinya penuh kasih sayang, namun ia tidak tahu bahwa beliau adalah Rasulullah Saw.
Ia sempat bertanya, namun Rasulullah mengaku sebagai orang biasa, hamba Allah. Menurut satu riwayat, Rasulullah Saw terus mendatangi pengemis tersebut dan menyuapinya setiap hari sampai beliau meninggal dunia.
Setelah beliau meninggal, mertua Rasulullah, sekaligus sahabat Rasul, Abu Bakar Asysyidiq ra, ingin melanjutkan segala perjuangan Rasulullah. Semua sunnah Rasulullah yang besar-besar sudah dilakukan oleh Abu Bakar, namun Aisyah mengatakan masih ada yang belum ayahnya lakukan, yaitu kebiasaan Rasulullah mendatangi dan menyuapi seorang pengemis buta tersebut.
Maka datanglah Abu bakar kepada pengemis tersebut dan menyuapinya layaknya rasulullah. “Rasanya lain, kamu bukan yang biasanya menyuapi aku, kemana itu orang?” tanya pengemis tersebut. “Beliau sudah meninggal,” jawab Abu bakar. “Siapa dia?” lanjut pengemis itu.
“Dialah Muhammad yang setiap hari engkau caci-maki,” jelas Abu Bakar. Pengemis tersebut menangis histeris, “Mengapa orang sebaik itu aku caci-maki?” sesalnya.
Dari kisah itu dapat kita ambil kesimpulan, Rasulullah Saw mencontohkan untuk berbuat baik kepada orang lain, walaupun mereka menghina dan mencaci maki kita, selama mereka tidak memerangi kita dalam masalah agama, kita harus berbuat baik.
“Berbuat baiklah, tapi jangan takut pada majikan, jangan menyembahnya, dan harus sopan. Namun jika majikan menampar atau memukul kita, jangan sampai membiarkan atau memukulnya balik, yang harus dilakukan adalah melaporkan pada yang berwajib.”
Apa pun yang majikan perintahkan, lakukanlah, selama itu bukan tindakan maksiat, misalnya disuruh minum bir atau makan babi, usahakan menghindar namun dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda “Berkatalah yang baik atau kalau tidak bisa, sebaiknya diam.”
“Jika kita merasa sebagai seorang muslim, maka sudah kewajiban kita untuk mengamalkan apa yang Rasulullah contohkan. Kita harus mampu menunjukkan bahwa Islam itu agama rahmatan lil ‘alamin. Jangan sampai kebaikan-kebaikan yang kita lakukan terhapus oleh dosa-dosa dari kata-kata kita yg tidak baik, maka mari perbaiki kata-kata kita”, pungkasnya. (Lina Aprilianti/ddhongkong.org).*
Kenapa Orang Benci
Tanpa Sebab Kepada Kita
04 Januari 2011 04:00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015 09:59:20 Dibaca :
15,384 Komentar : 0 Nilai : 0
Kadang hidup ini lucu, orang yang tadinya baik-baik kepada kita,
tiba-tiba menjadi benci kepada kita. Orang yang selalu baik-baik dikala
di depan kita, ternyata dibelakang kita menghina atau menjelek-jelekan
kita habis-habisan. Kenapa orang bisa berlaku seperti itu, apakah mereka
tidak punya hati, apakah mereka tidak bisa bicara jujur, ataukah mereka
memang ada niat yang jelek terhadap diri kita.
Biasanya orang yang tidak bisa menahan emosi dan hanya bisa berani
bicara di belakang itu, tandanya mereka lebih senang menusuk dari
belakang. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati apabila menghadapi
orang seperti itu, karena adakalanya mereka bicara didepan kita manis,
tetapi dibelakang kita malah menjelek-jelekan kita.
Hal ini bisa terjadi karena ini merupakan hal yang terpatri sejak masih
di keluarga. Ketika mereka ada di dalam keluarga, mereka didik untuk
saling menghargai dan mengungkapkan pendapat secara terbuka dan jujur
dengan pengungkapan yang baik, biasanya setelah dewasa hal ini akan
terbawa menjadi baik.
Lainnya halnya apabila, sejak masih di dalam keluarga mereka didik tidak
dengan baik, tidak didik bagaimana menghargai orang lain baik yang
lebih tua, yang seumur atau yang lebih muda sekalipun. Tentunya ini akan
berdampak, pada saat mereka menginjak dewasa atau dewasa, perasaan
seperti ini akan ada, dan mungkin akan jadi faktor utama sebagai
pembentuk sifat atau kepribadian kita.
Kalau dulu, menurut para orang tua, bahwa ketika jaman tahun 50-an
sampai dengan tahun 60-an, sewaktu di sekolah dulu mereka diajarkan yang
namanya pendidikan budi pekerti. Tetapi setelah tahun 70-an sampai
dengan sekarang pelajaran pendidikan budi pekerti tersebut dihilangkan
dari kurikulum sekolah. Pada saat ini, para orang tua hanya mengandalkan
kemampuan mereka sendiri dalam memberikan pemahaman tentang budi
perketi kepada anak-anaknya.
Mungkin itu bisa menjadi salah satu alasan, mengapa kadang-kadang orang
tanpa alasan menjadi serta merta benci terhadap orang lain. Kadang kita
sendiri tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi. Apabila pernah
mengikuti pendidikan budi pekerti atau mengerti apa itu budi pekerti,
paling tidak kita diajarkan untuk saling hormat menghormati dan saling
menghargai antar sesama.
Menurut ilmu psikologi kepribadian, membagi pikiran menjadi tiga bagian,
yaitu pertama conscious mind (pikiran sadar), subconciuous mind
(pikiran bawah sadar), unconscious mind (kondisi tidak sadar). Pikiran
conscious mind adalah pikiran sadar kita, seperti pada saat kita
melakukan aktifitas harian, sedangkan subconciuous mind adalah pikiran
bawah sadar kita, yang mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman kita,
seperti rasa sakit, kecewa atau konflik, sedangkan unconscious mind
adalah pikiran tidak sadar kita.
Sekarang pertanyaannya kenapa orang bisa tiba-tiba benci kepada orang
lain ? Secara ilmu psikologi, hal ini terjadi dari pikiran sadar kita
yang menyerap atau menerima respon yang masuk kedalam otak, kemudian
lambat laun tertanan dalam syaraf-syarat pikiran kita dan akhirnya
sampai masuk kedalam pikiran bahwa sadar. Pikiran kita pada akhirnya
sedikit demi sedikit terkontaminasi oleh perasaan tersebut.
Bagi sebagian orang yang mempunyai pikiran positif dalam diri mereka,
kemungkinan kecil mereka akan terkena pikiran negatif, sehingga
kemungkinan kecil mereka akan mempunyai penyakit hati. Tetapi bagi
mereka yang dalam kesehariannya selalu berpikir negatif, maka
kemungkinan besar hati dan pikiran mereka juga menjadi negatif pula.
Dilain pihak, apabila ada orang yang benci kepada kita, tentunya kita
harus melakukan instrospeksi. Sehingga pada akhirnya kita dapat
mengetahui hal yang sebenarnya mengapa mereka benci pada diri kita, dan
pada akhirnya kita dapat melakukan perbaikan diri.
Sangatlah susah untuk mengukur sedalam apa hati manusia, apa yang mereka
pikirkan dan apa yang mereka inginkan. Menurut salah satu peribahasa
berbunyi bahwa dalam lautan dapat diukur, dalam hati siapa tahu. Hingga
saat ini memang belum ada alat yang dapat mengukur sejauh apa hati dan
pikiran seseorang, apa yang ada dalam pikiran seseorang dan apa yang
diinginkannya, karena rambut boleh sama hitam, tetapi hati siapa tahu.
Ada kalanya orang yang benci terhadap kita, pada akhirnya berkomplot
untuk membuat tudingan atau tuduhan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Apalagi ada orang yang tidak mempunyai prinsip kebenaran, maka
jika mereka diajak bicara mereka bisa dengan mudah terbawa ikut-ikutan.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya masalah pribadi atau benci
karena masalah pribadi terhadap diri kita.
Memang kalau dilihat dari sisi orang yang benci terhadap kita, mungkin
mereka akan selalu berpikiran terbalik dengan apa yang kita pikirkan
atau yang kita inginkan. Tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa,
kadang orang benci terhadap kita bisa menjalar atau menjadi hal yang
besar bagi diri kita. Untuk itu dalam menghadapi hal seperti itu,
apabila kita sebagai korban tentu harus mawas diri, dan harus mencari
solusi bagaimana keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Kita janganlah terbawa emosi terhadap orang-orang yang benci kepada
kita, karena dengan kita emosi mungkin inilah yang mereka inginkan.
Mereka ingin melihat kita emosi dan akhirnya kita lepas kontrol akan
situasi yang ada, dan tentunya ini akan membuat mereka menjadi senang.
Untuk itu, kita haruslah bijak menghadapi orang yang benci terhadap
kita, dan janganlah kita terbawa arus dengan pola pikir dan pola
permainan mereka.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
Kenapa Orang Benci
Tanpa Sebab Kepada Kita
04 Januari 2011 04:00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015 09:59:20 Dibaca :
15,384 Komentar : 0 Nilai : 0
Kadang hidup ini lucu, orang yang tadinya baik-baik kepada kita,
tiba-tiba menjadi benci kepada kita. Orang yang selalu baik-baik dikala
di depan kita, ternyata dibelakang kita menghina atau menjelek-jelekan
kita habis-habisan. Kenapa orang bisa berlaku seperti itu, apakah mereka
tidak punya hati, apakah mereka tidak bisa bicara jujur, ataukah mereka
memang ada niat yang jelek terhadap diri kita.
Biasanya orang yang tidak bisa menahan emosi dan hanya bisa berani
bicara di belakang itu, tandanya mereka lebih senang menusuk dari
belakang. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati apabila menghadapi
orang seperti itu, karena adakalanya mereka bicara didepan kita manis,
tetapi dibelakang kita malah menjelek-jelekan kita.
Hal ini bisa terjadi karena ini merupakan hal yang terpatri sejak masih
di keluarga. Ketika mereka ada di dalam keluarga, mereka didik untuk
saling menghargai dan mengungkapkan pendapat secara terbuka dan jujur
dengan pengungkapan yang baik, biasanya setelah dewasa hal ini akan
terbawa menjadi baik.
Lainnya halnya apabila, sejak masih di dalam keluarga mereka didik tidak
dengan baik, tidak didik bagaimana menghargai orang lain baik yang
lebih tua, yang seumur atau yang lebih muda sekalipun. Tentunya ini akan
berdampak, pada saat mereka menginjak dewasa atau dewasa, perasaan
seperti ini akan ada, dan mungkin akan jadi faktor utama sebagai
pembentuk sifat atau kepribadian kita.
Kalau dulu, menurut para orang tua, bahwa ketika jaman tahun 50-an
sampai dengan tahun 60-an, sewaktu di sekolah dulu mereka diajarkan yang
namanya pendidikan budi pekerti. Tetapi setelah tahun 70-an sampai
dengan sekarang pelajaran pendidikan budi pekerti tersebut dihilangkan
dari kurikulum sekolah. Pada saat ini, para orang tua hanya mengandalkan
kemampuan mereka sendiri dalam memberikan pemahaman tentang budi
perketi kepada anak-anaknya.
Mungkin itu bisa menjadi salah satu alasan, mengapa kadang-kadang orang
tanpa alasan menjadi serta merta benci terhadap orang lain. Kadang kita
sendiri tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi. Apabila pernah
mengikuti pendidikan budi pekerti atau mengerti apa itu budi pekerti,
paling tidak kita diajarkan untuk saling hormat menghormati dan saling
menghargai antar sesama.
Menurut ilmu psikologi kepribadian, membagi pikiran menjadi tiga bagian,
yaitu pertama conscious mind (pikiran sadar), subconciuous mind
(pikiran bawah sadar), unconscious mind (kondisi tidak sadar). Pikiran
conscious mind adalah pikiran sadar kita, seperti pada saat kita
melakukan aktifitas harian, sedangkan subconciuous mind adalah pikiran
bawah sadar kita, yang mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman kita,
seperti rasa sakit, kecewa atau konflik, sedangkan unconscious mind
adalah pikiran tidak sadar kita.
Sekarang pertanyaannya kenapa orang bisa tiba-tiba benci kepada orang
lain ? Secara ilmu psikologi, hal ini terjadi dari pikiran sadar kita
yang menyerap atau menerima respon yang masuk kedalam otak, kemudian
lambat laun tertanan dalam syaraf-syarat pikiran kita dan akhirnya
sampai masuk kedalam pikiran bahwa sadar. Pikiran kita pada akhirnya
sedikit demi sedikit terkontaminasi oleh perasaan tersebut.
Bagi sebagian orang yang mempunyai pikiran positif dalam diri mereka,
kemungkinan kecil mereka akan terkena pikiran negatif, sehingga
kemungkinan kecil mereka akan mempunyai penyakit hati. Tetapi bagi
mereka yang dalam kesehariannya selalu berpikir negatif, maka
kemungkinan besar hati dan pikiran mereka juga menjadi negatif pula.
Dilain pihak, apabila ada orang yang benci kepada kita, tentunya kita
harus melakukan instrospeksi. Sehingga pada akhirnya kita dapat
mengetahui hal yang sebenarnya mengapa mereka benci pada diri kita, dan
pada akhirnya kita dapat melakukan perbaikan diri.
Sangatlah susah untuk mengukur sedalam apa hati manusia, apa yang mereka
pikirkan dan apa yang mereka inginkan. Menurut salah satu peribahasa
berbunyi bahwa dalam lautan dapat diukur, dalam hati siapa tahu. Hingga
saat ini memang belum ada alat yang dapat mengukur sejauh apa hati dan
pikiran seseorang, apa yang ada dalam pikiran seseorang dan apa yang
diinginkannya, karena rambut boleh sama hitam, tetapi hati siapa tahu.
Ada kalanya orang yang benci terhadap kita, pada akhirnya berkomplot
untuk membuat tudingan atau tuduhan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Apalagi ada orang yang tidak mempunyai prinsip kebenaran, maka
jika mereka diajak bicara mereka bisa dengan mudah terbawa ikut-ikutan.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya masalah pribadi atau benci
karena masalah pribadi terhadap diri kita.
Memang kalau dilihat dari sisi orang yang benci terhadap kita, mungkin
mereka akan selalu berpikiran terbalik dengan apa yang kita pikirkan
atau yang kita inginkan. Tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa,
kadang orang benci terhadap kita bisa menjalar atau menjadi hal yang
besar bagi diri kita. Untuk itu dalam menghadapi hal seperti itu,
apabila kita sebagai korban tentu harus mawas diri, dan harus mencari
solusi bagaimana keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Kita janganlah terbawa emosi terhadap orang-orang yang benci kepada
kita, karena dengan kita emosi mungkin inilah yang mereka inginkan.
Mereka ingin melihat kita emosi dan akhirnya kita lepas kontrol akan
situasi yang ada, dan tentunya ini akan membuat mereka menjadi senang.
Untuk itu, kita haruslah bijak menghadapi orang yang benci terhadap
kita, dan janganlah kita terbawa arus dengan pola pikir dan pola
permainan mereka.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
Kenapa Orang Benci
Tanpa Sebab Kepada Kita
04 Januari 2011 04:00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015 09:59:20 Dibaca :
15,384 Komentar : 0 Nilai : 0
Kadang hidup ini lucu, orang yang tadinya baik-baik kepada kita,
tiba-tiba menjadi benci kepada kita. Orang yang selalu baik-baik dikala
di depan kita, ternyata dibelakang kita menghina atau menjelek-jelekan
kita habis-habisan. Kenapa orang bisa berlaku seperti itu, apakah mereka
tidak punya hati, apakah mereka tidak bisa bicara jujur, ataukah mereka
memang ada niat yang jelek terhadap diri kita.
Biasanya orang yang tidak bisa menahan emosi dan hanya bisa berani
bicara di belakang itu, tandanya mereka lebih senang menusuk dari
belakang. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati apabila menghadapi
orang seperti itu, karena adakalanya mereka bicara didepan kita manis,
tetapi dibelakang kita malah menjelek-jelekan kita.
Hal ini bisa terjadi karena ini merupakan hal yang terpatri sejak masih
di keluarga. Ketika mereka ada di dalam keluarga, mereka didik untuk
saling menghargai dan mengungkapkan pendapat secara terbuka dan jujur
dengan pengungkapan yang baik, biasanya setelah dewasa hal ini akan
terbawa menjadi baik.
Lainnya halnya apabila, sejak masih di dalam keluarga mereka didik tidak
dengan baik, tidak didik bagaimana menghargai orang lain baik yang
lebih tua, yang seumur atau yang lebih muda sekalipun. Tentunya ini akan
berdampak, pada saat mereka menginjak dewasa atau dewasa, perasaan
seperti ini akan ada, dan mungkin akan jadi faktor utama sebagai
pembentuk sifat atau kepribadian kita.
Kalau dulu, menurut para orang tua, bahwa ketika jaman tahun 50-an
sampai dengan tahun 60-an, sewaktu di sekolah dulu mereka diajarkan yang
namanya pendidikan budi pekerti. Tetapi setelah tahun 70-an sampai
dengan sekarang pelajaran pendidikan budi pekerti tersebut dihilangkan
dari kurikulum sekolah. Pada saat ini, para orang tua hanya mengandalkan
kemampuan mereka sendiri dalam memberikan pemahaman tentang budi
perketi kepada anak-anaknya.
Mungkin itu bisa menjadi salah satu alasan, mengapa kadang-kadang orang
tanpa alasan menjadi serta merta benci terhadap orang lain. Kadang kita
sendiri tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi. Apabila pernah
mengikuti pendidikan budi pekerti atau mengerti apa itu budi pekerti,
paling tidak kita diajarkan untuk saling hormat menghormati dan saling
menghargai antar sesama.
Menurut ilmu psikologi kepribadian, membagi pikiran menjadi tiga bagian,
yaitu pertama conscious mind (pikiran sadar), subconciuous mind
(pikiran bawah sadar), unconscious mind (kondisi tidak sadar). Pikiran
conscious mind adalah pikiran sadar kita, seperti pada saat kita
melakukan aktifitas harian, sedangkan subconciuous mind adalah pikiran
bawah sadar kita, yang mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman kita,
seperti rasa sakit, kecewa atau konflik, sedangkan unconscious mind
adalah pikiran tidak sadar kita.
Sekarang pertanyaannya kenapa orang bisa tiba-tiba benci kepada orang
lain ? Secara ilmu psikologi, hal ini terjadi dari pikiran sadar kita
yang menyerap atau menerima respon yang masuk kedalam otak, kemudian
lambat laun tertanan dalam syaraf-syarat pikiran kita dan akhirnya
sampai masuk kedalam pikiran bahwa sadar. Pikiran kita pada akhirnya
sedikit demi sedikit terkontaminasi oleh perasaan tersebut.
Bagi sebagian orang yang mempunyai pikiran positif dalam diri mereka,
kemungkinan kecil mereka akan terkena pikiran negatif, sehingga
kemungkinan kecil mereka akan mempunyai penyakit hati. Tetapi bagi
mereka yang dalam kesehariannya selalu berpikir negatif, maka
kemungkinan besar hati dan pikiran mereka juga menjadi negatif pula.
Dilain pihak, apabila ada orang yang benci kepada kita, tentunya kita
harus melakukan instrospeksi. Sehingga pada akhirnya kita dapat
mengetahui hal yang sebenarnya mengapa mereka benci pada diri kita, dan
pada akhirnya kita dapat melakukan perbaikan diri.
Sangatlah susah untuk mengukur sedalam apa hati manusia, apa yang mereka
pikirkan dan apa yang mereka inginkan. Menurut salah satu peribahasa
berbunyi bahwa dalam lautan dapat diukur, dalam hati siapa tahu. Hingga
saat ini memang belum ada alat yang dapat mengukur sejauh apa hati dan
pikiran seseorang, apa yang ada dalam pikiran seseorang dan apa yang
diinginkannya, karena rambut boleh sama hitam, tetapi hati siapa tahu.
Ada kalanya orang yang benci terhadap kita, pada akhirnya berkomplot
untuk membuat tudingan atau tuduhan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Apalagi ada orang yang tidak mempunyai prinsip kebenaran, maka
jika mereka diajak bicara mereka bisa dengan mudah terbawa ikut-ikutan.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya masalah pribadi atau benci
karena masalah pribadi terhadap diri kita.
Memang kalau dilihat dari sisi orang yang benci terhadap kita, mungkin
mereka akan selalu berpikiran terbalik dengan apa yang kita pikirkan
atau yang kita inginkan. Tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa,
kadang orang benci terhadap kita bisa menjalar atau menjadi hal yang
besar bagi diri kita. Untuk itu dalam menghadapi hal seperti itu,
apabila kita sebagai korban tentu harus mawas diri, dan harus mencari
solusi bagaimana keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Kita janganlah terbawa emosi terhadap orang-orang yang benci kepada
kita, karena dengan kita emosi mungkin inilah yang mereka inginkan.
Mereka ingin melihat kita emosi dan akhirnya kita lepas kontrol akan
situasi yang ada, dan tentunya ini akan membuat mereka menjadi senang.
Untuk itu, kita haruslah bijak menghadapi orang yang benci terhadap
kita, dan janganlah kita terbawa arus dengan pola pikir dan pola
permainan mereka.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arieffirmansyah/kenapa-orang-benci-tanpa-sebab-kepada-kita_550060baa333114f755107ab
No comments:
Post a Comment