Cenderung berambisi daripada hati nurani dan lebih memilih kesenangan daripada keimanan.
Bagaimana cara yang mesti kita lakukan agar bisa mencapai kebahagian sepanjang hari dalam kehidupan ini?
Setiap manusia pastinya mendambakan kebahagiaan. Untuk itulah Allah menurunkan para Nabi dan Rasul agar dijadikan teladan lengkap dengan Alquran sebagai panduan. Sebagian manusia gagal memahami bahwa tidak ada jalan untuk menggapai bahagia, Semua itu terjadi karena manusia sebagaimana diungkapkan pepatah Arab, kebanyakan manusia adalah anak dari kemauannya. Cenderung memilih memuasakan hawa nafsu daripada mendapatkan ketenangan. Cenderung berambisi daripada hati nurani dan lebih memilih kesenangan daripada keimanan.
Bagaimana cara yang mesti kita lakukan agar bisa mencapai kebahagian sepanjang hari dalam kehidupan ini?
Pertama salat. Sebagian besar dari umat Muslim masih banyak yang santai meninggalkan kebutuhan hakikinya yaitu salat. Padahal, Rasulullah tidak pernah main-main dalam masalah salat. Banyak orang meninggalkan salat karena merasa terbebani, tidak enak, lemah iman, dan malas. Pada hakikatnya, salat adalah jalan terbaik setiap Muslim untuk meraih ketenangan dan kebahagian. Allah berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku” (QS: Thaha:14).Hal ini menunjukkan bahwa salat itu penting dan amat dibutuhkan oleh hati setiap Muslim. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk memperhatikan tiang agama ini. Hayya alash shalat, Hayya alal falah. Yang Artinya, Mari dirikan salat, mari menuju kemenangan.
Dengan kata lain, siapa meninggalkan salat ia bukan saja merobohkan agama, tetapi juga terjerembab dalam kekalahan, kegelisahan, dan kesengsaraan. Salat adalah panggilan Allah kepada setiap insan beriman untuk mengadu, bersandar, memohon dan berharap sepenuh hati hanya kepada-Nya.
Mulai sekarang berusahalah, kemudian konsistenlah dalam mendirikan salat. Sebab, jika Allah menempatkan salat sebagai amal pertama yang akan dihisab, berarti tida akan ada jaminan kebahagiaan sekali bila hingga kini, hati masih malas mendirikan salat secara berjamaah dan tepat waktu. Dan, yang tidak kalah menarik adalah salat itu bisa menjauhkan hati ini dari berbuat keji dan munkar. Allah Taala berfirman dalam (QS. Al Ankabut: 45)
اتْلُ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ
أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.Dengan demikian, jika benar-benar mendambakan kebahagiaan hidup sehari-hari, jangan sekali-kali nyaman meninggalkan salat meski hanya satu kali. Sebab, sekali ditinggal, hati manusia tidak akan pernah bebas dari gempuran setan yang mendorong hati untuk berani melakukan perbuatan-perbuatan keji dan munkar.
Kedua, membaca Alquran. Alquran itu bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga obat, penenang dan solusi jika benar-benar diresapi, dimaknai dan diamalkan. Misalnya kala hati terserang futur (malas) maka saat hati kita membaca dengan sebaik-baiknya ayat berikut ini:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian,
siapa di antara kalian yang paling baik amalannya dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2).Oleh karena itu, menghadirkan hati kala membaca Alquran akan sangat membantu hati kita merasakan kenikmatan dan kebahagiaan luar biasa, sehingga senantiasa ada rasa rindu, rasa takjub dan rasa bersalah jika tidak membaca Alquran dengan sepenuh hati.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, jika memang memungkinkan meminta sahabat yang baik bacaan Qurannya untuk kita itu akan jauh mengesankan, karena Nabi tidak jarang juga meminta Ibn Masud membacakan Alquran untuk beliau.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, Bacakanlah kepadaku Alquran. Ibnu Masud berkata, Wahai Rasulullah! Apakah saya akan membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan kepadamu? Beliau menjawab, Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku. Maka aku pun membacakan surat an-Nisaa, ketika sampai pada ayat (yang artinya), Bagaimanakah jika (pada hari kiamat nanti) Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka (QS. an-Nisaa: 41). Aku angkat kepalaku, atau ada seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau mengalir. (HR. Bukhari Muslim).
Ketiga, sedekah. Sedekah ini manfaatnya luar biasa. Allah berfirman:
خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ
عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Attaubah: 103).
Setidaknya ada beberapa manfaat langsung yang tentu akan
membahagiakan hati kala diamalkan. Pertama, pahala untuk diri sendiri
langsung dari Allah. Kedua, diberikan pahala yang cukup. Ketiga, kita
akan mendapat keuntungan, kemenangan dan kebahabagiaan. Karena sedekah
tidak akan merugikan sama sekali.Dengan demikian, mari berlatih untuk senantiasa bersedekah. Karena sedekah tidak semata soal pahala, tetapi juga ketenangan jiwa. Sebagaimana ketika pohon apel misalnya berbuah pasti menyenangkan hati. Seperti itulah sedekah menjadi buah dari keimanan. Semakin banyak dan ikhlas dalam sedekah (buah) semakin kuat keimanan dalam hati insha Allah. Semoga tiga amalan ini dapat kita biasakan dalam keseharian, sehingga kita tidak sempat menjadi pribadi yang sering murung, lemah semangat, lemas dan tidak bersemangat dalam menguatkan dan menyuburkan iman yang akan menjadi penyelamat kehidupan dunia-akhirat kita sendiri.
No comments:
Post a Comment