Wednesday, 25 May 2016

Tolong Menolong Dalam Kebaikan


Abdullah bin Umar R.a berkata, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda;


"Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim lain, tidak mendzaliminya dan menyerahkan dia kepada orang yang berbuat dzalim. Barang siapa memenuhi kebutuhan ssudaranya, maka Allah S.w.t akan memenuhi kebutuhannya dan barang siapa menyulitkan saudaranya, maka Allah S.w.t akan menyulitkannya di hari kiamat nanti, dan barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah S.w.t akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti.". (HR Abu Daud dan Turmudzi).
Di lingkungan pendidikan kita, di tempat tinggal atau di tengah masyarakat umum, situasi dan keadaan kita menghendaki kita harus berhubungan dengan orang lain, baik bersama orang-orang yang sebaya maupun yang sama keinginan dan kebutuhannya dengan kita. Hubungan antar-sesama dan saling menolong ini merupakan kehendak Allah S.w.t dalam bentuk, cara, dan peraturan yang diatur sesuai dengan fitrah manusia. Hal ini yang membuat ikatan hubungan masyarakat semakin kuat dan penuh kasih sayang.

Allah S.w.t berfirman;

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

"..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..". (QS Al-Ma'idah [5]: 2).
Kemudian sabda Nabi S.a.w yang disebut di atas tadi menjelaskan secara lebih terperinci gambaran bentuk tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dengan kalimat Beliau;

"Muslim adalah saudara Muslim yang lain.".

Bentuk persaudaraan inilah yang merupakan dasar dibangunnya sebuah bangunan 'tolong-menolong' yang berdiri tegak.
Persaudaraan Muslim adalah persaudaraan aqidah, bukan persaudaraan keturunan dan darah. Dan bentuk persaudaraan aqidah inilah yang seharusnya lebih utama dalam mendapatkan perhatian dan pemeliharaan.

Allah S.w.t berfirman;

٢٤. قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.". (QS At-Taubah [9]: 24).
Kemudian Nabi S.a.w menjelaskan gambaran awal bentuk persaudaraan, dalam kalimat Beliau;
"Tidak mendzaliminya dan menyerahkannya.".
Pengertian 'Tidak mendzaliminya' sudah jelas maknanya, yaitu kita tidak boleh menganiaya muslim lain yang merupakan saudara kita sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan kata-kata, 'tidak menyerahkannya', artinya tidak menyerahkan dia kepada orang-orang yang berbuat zalim. Oleh karena itu, kita dilarang bekerja sama dengan orang-orang yang zalim. Kita harus berupaya menentangnya dan juga menentang kezaliman dan bentuk lain yang sejenis.

Sebatas kesanggupan dan kemampuan kita secara materi, jiwa, dan pikiran, jadilah penerang bagi orang lain dan berilah perumpamaan tertinggi dunia dalam menancapkan landasan pembentukan masyarakat yang akan datang. Dan sekali-kali janganlah kalian tunduk terhadap gaya hidup yang berdiri di atas permusuhan dan rekayasa karena gaya hidup tersebut menjalankan hukum kekerasan dan kepentingan yang menerapkan sistem individualisme.
Persiapkan dirimu untuk menghadapi perubahan dan campakkan semua metode jahiliah. Terimalah dengan pikiran terbuka dan hati yang terang segala pentunjuk dalam Al Qur'an dan tuntunan sunnah Nabi Muhammad S.a.w, di dalam keduanyalah kita akan meraih kemenangan dan keberhasilan di dunia dan akhirat.

Wallahu waliyyuttafiq wal hidayah, Wassalam

No comments:

Post a Comment