Thursday, 5 May 2016

Sindiran bagi Wanita dan Gosip di Al-Qur’an

Kunjungan balasan ke blog miphz yang bermula dari komentarnya di blog ini menyadarkan saya akan sesuatu. Opini penulis mengenai konflik yang dipaparkan dengan apik, berujung pada sebuah ayat Al-Qur’an berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
[QS Al-Hujurat (49): 11, diambil dari terjemahan Mushaf Al Mumtaaz, diterbitkan Mumtaaz Media Islami]

Saya kemudian tersadar bahwa Allah dalam ayat tersebut memberikan penekanan pada wanita. Sebagai desainer dan programmer manusia, sesungguhnya Dia adalah yang pertama tahu bagaimana kodrat seorang wanita, termasuk tentang kedekatannya dengan gosip. Ketika manusia dengan peradabannya membentuk sebuah stereotype “wanita identik dengan gosip”, sebenarnya Allah sudah mengingatkan jauh-jauh hari sebelumnya. Makanya, nggak salah kalo ada yang bilang ‘hus, ngegosip aja…dosa lho!’. Ternyata ‘dosa’ dalam hal ini tidak hanya bersifat normatif secara moralitas saja, tetapi juga secara agamis.

Kendati demikian, ayat tersebut tentu saja ditujukan untuk seluruh jenis kelamin. Saya kurang setuju juga kalo cuma wanita aja yang dibilang penggosip. Hellooo, para pria juga demen kok. Buktikan saja. Haha. Hanya saja, karena wanita pada umumnya punya waktu senggang berlebih (baca: pria sibuk mencari nafkah), godaan untuk bergosip terkesan jauh lebih besar bagi mereka. Hati-hati aja nih, ibu-ibu…mpok-mpok…kalo bisa cari kegiatan apa pun yang bisa mengalihkan diri dari gosip atau komunitas wanita yang sedang bergosip. Contoh: main sama anak, mainan laptop, masak, kerja, baca buku, dan sebagainya. Menonton TV sangat tidak dianjurkan apalagi channel Indonesia yang menyajikan beragam infotainment dan sinetron (maaf) sampah๐Ÿ˜€
Gosip sendiri diartikan sebagai
obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan
oleh KBBI. Makna ini sejalan dengan apa yang dimaksudkan “olok-olok” dalam ayat di atas. Mungkin ada pertanyaan: kalo ngomongin orang lain yang positif bukan gosip dong?. Ya, saya juga bertanya tentang hal itu dan menurut saya rasanya jawabannya ‘tidak’ alias nggak apa-apa๐Ÿ˜€ Asal masih dalam batasan yang wajar karena bisa-bisa nanti nyerempet juga ke hal-hal negatif. Saran saya juga, sebaiknya Anda contoh orang Jawa Timur yang suka terang-terangan membicarakan keburukan orang di depan orang yang bersangkutan. Bahasa halusnya ‘mengingatkan langsung’.

No comments:

Post a Comment