Pengkhususan
syariat shalat melalui perjalanan mi’raj karena ketika Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam mi’raj di malam itu, para malaikat sedang
beribadah. Di antara mereka ada yang berdiri dan tidak duduk, ada yang
terus rukuk dan tidak sujud, ada yang terus sujud dan tidak duduk, maka
AllahSubhanahu wa Ta’ala mengumpulkan semua ibadah ini untuk umat Nabi
Muhammad. Seorang hamba menggabungkan berdiri, rukuk, sujud, dan duduk
dalam satu rakaat saja (Muhammad Amin bin Ahmad Janki, ash-Shirah
an-Nabawiyah min al-Fathi al-Bari, 1: 239-240).
Dengan
perjalanan isra mi’raj ini, Allah menginginkan agar hamba dan Rasul-Nya
merasakan periode baru dalam berdakwah, sebagaimana Nabi Musa juga
mengalami periode baru dengan berangkat langsung mendakwahi Firaun dan
diangkatnya saudaranya Harun untuk mendampingi dakwahnya. Nabi Musa
sebelum diperintahkan untuk menemui Firaun telah Allah siapkan dengan
berbagai macam mukjizat dan keutamaan agar beliau siap. Allah berfirman
kepada Nabi Musa,
لِنُرِيَكَ مِنْ آَيَاتِنَا الْكُبْرَى اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
“untuk
Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang sangat besar, Pergilah kepada Fir´aun; sesungguhnya ia telah
melampaui batas.” (QS. Thaha: 23-24)
Sama halnya
dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah persiapkan
perjalanan dakwah beliau yang panjang dengan membawanya ke suatu fase
dimana dipertemukan dengan Jibril, para nabi, surga dan neraka, agar
kesabaran beliau kian tertempa dalam menghadapi lika-liku perjalanan
dakwah. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad,
لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 18)
Lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam diistimewakan dengan mengimami para nabi
dan dinaikkan menuju sidratul muntaha, suatu keistimewaan yang tidak
didapat oleh seoranng pun selain beliau.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.
Al-Baqarah: 153)
إِنَّ
الإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا
مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلاَّ الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَى
صَلاَتِهِمْ دَائِمُونَ
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu
tetap mengerjakan shalatnya.” (QS. Al-Ma’arij: 19-23)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang senantiasa berdiri
(shalat) bermunajat kepada Rabbnya, sampai-sampai beliau menemukan
kenikmatan dalam mengerjakan shalat. Beliau bersabda,
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ
“Dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat.”
Semoga
Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersemangat dalam
mengerjakan shalat dan tidak lalai dalam mengerjakannya. Semoga shalat
menjadi penyejuk hati kita dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Rabb
kita. Amin..
No comments:
Post a Comment