DO’A PARA MALAIKAT BAGI ORANG YANG MENDO’AKAN SAUDARANYA DARI
KEJAUHAN (TANPA SEPENGETAHUAN ORANG YANG DIDO’AKAN) DAN BAGI YANG
DIDO’AKAN.
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat
adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya dari kejauhan, begitupula
orang yang mendo’akannya. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut
adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Shafwan, ia adalah
Ibnu ‘Abdillah bin Shafwan, dan umur ad-Darda’ di bawahnya, beliau
berkata: “Aku pergi ke Syam dan mendatangi Abud Darda’ Radhiyallahu anhu
di rumahnya, tetapi beliau tidak ada di rumah, yang ada hanyalah Ummud
Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى, ia berkata: ‘Apakah tahun ini engkau
akan pergi haji?’ ‘Ya,’ jawabku. Dia berkata: ‘Do’akan kami dengan
kebaikan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ
مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا
ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ
بِمِثْلٍ.
‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan orang yang dido’akannya [1] adalah do’a yang akan
dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya.
Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka
Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang
ia dapatkan.’”
‘Abdullah berkata: “Lalu aku pergi ke pasar dan bertemu dengan Abud
Darda’ Radhiyallahu anhu, lalu beliau mengucapkan kata-kata seperti itu
yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[2]
Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengetahui bahwa ada dua
golongan manusia yang mendapatkan do’a dari para Malaikat, mereka itu
adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya sesama muslim sedangkan dia
tidak mengetahuinya, karena Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang
sedang menguapkan: “Aamiin,” maknanya adalah: “Ya Allah, kabulkanlah
do’anya bagi saudaranya.”[3]
Sedangkan yang kedua adalah orang yang mendo’akannya, karena Malaikat
yang diutus kepadanya berkata: “Dan engkau pun mendapatkan apa yang
didapatkan oleh saudaramu.”[4]
Al-Imam Ibnu Hibban membuat sebuah bab dalam Shahiihnya dengan judul:
“Anjuran untuk Memperbanyak Berdo’a kepada Saudara Sesama Muslim Tanpa
Sepengetahuan Orang yang Dido’akan, dengan Harapan Permohonan untuk
Keduanya Dikabulkan.”[5]
Di dalam Syarh Shahiih Muslim ada sebuah komentar untuk hadits ini,
penulis berkata: “Dalam hadits ini ada sebuah keutamaan do’a bagi
saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya. Seandainya
seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam, maka ia akan
mendapatkan pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia berdo’a
untuk seluruh kaum muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan
pahala yang telah ditentukan.”[6]
Orang-orang yang gigih dalam mendapatkan shalawat para Malaikat,
mereka semua bersemangat dalam mendo’akan saudara-saudara mereka sesama
muslim tanpa sepengetahuan saudara yang dido’akannya itu dan hal ini
senantiasa ada, alhamdulillaah.
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Jika generasi Salaf hendak berdo’a untuk
dirinya sendiri, mereka juga berdo’a untuk saudaranya sesama muslim
dengan do’a tersebut, karena do’a tersebut adalah do’a yang mustajab,
dan dia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya sesama
muslim.” [7]
Al-Hafizh adz-Dzahabi menyebutkan kisah dari Ummud Darda’ رَحِمَهَا
اللهُ تَعَالَى bahwa Abud Darda’ Radhiyallahu anhu memiliki 360 kekasih
di jalan Allah yang selalu dido’akan dalam shalat, lalu Ummud Darda’
mempertanyakan hal tersebut, beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh
menyukai jika para Malaikat mendo’akanku?” [8]
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang mukmin yang telah
mendahului mereka, hal ini sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar),
mereka berdo’a: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
[Al-Hasyr: 10]
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi mengomentari ayat ini
dengan berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka karena
do’a-do’a mereka untuk saudara-saudara mereka kaum mukminin yang telah
mendahului mereka, pujian tersebut ketika mereka sedang berdo’a.” [9]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua ke dalam
golongan mereka dengan karunia dan keuta-tamaan dari-Nya. Aamiin, yaa
Dzal Jalaali wal Ikraam.
No comments:
Post a Comment