“Marah anak, sindir menantu”, adakah
kalian suka dengan budaya ini jika kalian yang sentiasa disindir?
Ketahuilah, sindir-menyindir / sarkastik / as-suhriyah adalah budaya
yang dilarang oleh Allah dalam Al-Quran. Bahasa sindiran adalah bahasa
Allah menyindir ahli neraka. Ia juga bahasa yang diguna oleh orang yang
dalam dirinya ada sifat nifaq dan kufur. Kita sebagai muslim mukmin jom
azam hentikan budaya ini daripada diri kita, ahli keluarga kita
seterusnya masyarakat kita.
Allah menegur orang beriman mengenai budaya kata-kata yang menyakitkan hati orang lain melalui ayat 11, Surah Al-Hujurat:
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan puak
lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik
daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan
mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus
puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan
janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain; dan
janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain
dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan
orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan
nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah),
sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka
merekalah orang-orang yang zalim.”
Manakala dalam ayat 79 Surah At-Taubah menunjukkan budaya mencela dengan menyindir dan mengejek adalah sifat orang munafik:Contoh ayat sindiran yang biasa kita dengar yang patut diubah:
“Otak letak lutut ke, benda macam tu pun tak boleh nak fikir?”
“Masa mak cakap tadi, tidur ke? Cawan letak atas meja, bukan di lantai. Yang letak di lantai, namanya bola. Kan dah tersepak cawan tu.”
“Kamu ni nak merawat pesakit ni atau nak bunuh pesakit ni? Masukkan endoscopy macam bomba nak padam api.”
Sakit hati tak? Sila fikirkan ayat pengganti yang lebih baik, jika kita sering menggunakan ayat sindiran begini.
Bahaya ibubapa dan guru kerap menyindir anak kecil untuk memarahi, menegur dan menasihat: ia bukan hanya menimbulkan rasa kesal, bahkan sakit hati, rasa tidak dihargai, tidak disayangi dan sebagainya. Apa akan jadi pada anak yang sentiasa disakitkan hatinya? Mereka yang sering rasa sakit hati, tidak dihargai dan tidak disayangi berbeza tingkahlaku dan sikapnya berbanding dengan anak-anak yang tidak selalu disindir. Cuba ubah kata-kata kita tanpa memasukkan sindiran, perhatikan perubahan positif pada anak tersebut.
APAKAH HUKUM MENYINDIR
SESEORANG?
Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin, kehadiarannya telah mengatur
segala bentuk asfek kehidupan yang ada dimuka bumi ini. Untuk mengatur
semua ini dibutuhkan hukum dan peraturan-peraturan yang tertata rapi
melalui Al-Quran, Sunnah Rasulullah Saw, Ijma’ Ulama dan Qiyas dst.
Begitu juga halnya tentang hukum menjaga anggota tubuh dari perbuatan
dosa. Menjaga mata, hidung, mulut, lidah, mata, tangan, perut, kemaluan
dan kaki agar selalu berbuat baik, sehingga terjaga dari
perbuatan-perbuatan yang tercela seperti; menyindir seseorang dengan
tujuan yang sangat tidak terpuji.
Menurut kamus bahasa Indonesia makna Menyindir adalah mencela atau
mengejek seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Lalu
apakah hukum menyindir seseorang?, dari pertanyaan yang singkat ini kita
akan membahas hukumnya sedangkal pengetahuan ana. menurut kaca mata
islam sebagaimana yang telah tercantum didalam buku Al-fiqhu Al-islamWa
Adillatuhu yang dikarang oleh Ust. Dr. Wahbah Zuhaili, ia menjelaskan
bahwasanya Al-Umuru Bimaqoshidiha yang artinya "segala permasalahan
tergantung tujuannya atau niatnya" sebagaimana sabda Rasulullah Saw
Innamal A'malu Bi an-Niyat yang artinya;”segala sesuatu itu tergatung
niatnya”
- ibnu mas'ud menjelaskan asbabul wurud hadis ini yaitu "suatu ketika
ada salah seorang sahabat yang berhijrah dari mekah ke madinah yang
hanya ingin menikahi seorang wanita bernama Ummu Qois"-
contohnya; barang siapa yang mengatakan kepada istrinya”pulanglah engkau
kerumah keluargamu, apabila ia meniatkan untuk thalaq maka sah,
akantetapi jikalau niatnya bukan untuk thalaq maka tidak sah thalaqnya”.
Itulah pentingnya niat, sehingga didalam buku-buku islam seperti Fathul
Bari danSyarhu Ar ba'in nawawi dll, hadist yang pertama kali
dicantumkan adalah tentang niat.
Jadi menurut hemat penulis segala sesuatunya tergantung niat kita.
Jikalau kita menyindir teman dan orang lain dengan tujuan yang baik
yaitu agar merubah sikap dan akhlaknya, maka hal itu dianjurkan oleh
agama, Akantetapi dengan metode yang baik dan tidak menyakitkan hati
seseorang.seperti yang dilakukan oleh syeikh Dr. Yusuf Qordhawi yang
menyindir umat islam dan bangsa-bangsa arab agar lebih memperhatikan
keadaan umat islam yang berada di gaza, dengan mengatakan “Mana suara
lantang kita yang bisa menghengkangkan penjajah Israel?”
Dan apabila niat kita menyindir seseorang dengan tujuan yang hina yaitu;
agar kekurangannya terbuka, ingin membalas dendam dan kedengkian yang
tinggi terhadap orang yang kita sindir. Maka hal ini sangat tidak
dibolehkan agama. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita
mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan);
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu
panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11).
Makanya agar kehidupan kita lebih tenang dan nyaman marilah kita saling
menjaga lisan dengan sebaik mungkin dan saling memahami sesama kita.
Seperti; yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tauladan kita, ketika beliau
bertamu dihidangkan makanan kepadanya, namun beliau tidak menyukai
makanan tersebut. Rasulullah Saw tidak menyindir dan mencela makanan
yang tidak ia sukai. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Aisyah Ra
yang artinya “Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan
yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan
jika tidak, maka beliau meninggalkannya.”
Semoga dengan tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua
khususnya diri saya pribad. Sehingga kita selalu menjaga lisan dan
anggota tubuh didalam bermuamalah dan berinteraksi sesama teman-teman
dan kerabat kita. Wallahu Wa’lam Bi As-Shawab.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
APAKAH HUKUM MENYINDIR
SESEORANG?
Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin, kehadiarannya telah mengatur
segala bentuk asfek kehidupan yang ada dimuka bumi ini. Untuk mengatur
semua ini dibutuhkan hukum dan peraturan-peraturan yang tertata rapi
melalui Al-Quran, Sunnah Rasulullah Saw, Ijma’ Ulama dan Qiyas dst.
Begitu juga halnya tentang hukum menjaga anggota tubuh dari perbuatan
dosa. Menjaga mata, hidung, mulut, lidah, mata, tangan, perut, kemaluan
dan kaki agar selalu berbuat baik, sehingga terjaga dari
perbuatan-perbuatan yang tercela seperti; menyindir seseorang dengan
tujuan yang sangat tidak terpuji.
Menurut kamus bahasa Indonesia makna Menyindir adalah mencela atau
mengejek seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Lalu
apakah hukum menyindir seseorang?, dari pertanyaan yang singkat ini kita
akan membahas hukumnya sedangkal pengetahuan ana. menurut kaca mata
islam sebagaimana yang telah tercantum didalam buku Al-fiqhu Al-islamWa
Adillatuhu yang dikarang oleh Ust. Dr. Wahbah Zuhaili, ia menjelaskan
bahwasanya Al-Umuru Bimaqoshidiha yang artinya "segala permasalahan
tergantung tujuannya atau niatnya" sebagaimana sabda Rasulullah Saw
Innamal A'malu Bi an-Niyat yang artinya;”segala sesuatu itu tergatung
niatnya”
- ibnu mas'ud menjelaskan asbabul wurud hadis ini yaitu "suatu ketika
ada salah seorang sahabat yang berhijrah dari mekah ke madinah yang
hanya ingin menikahi seorang wanita bernama Ummu Qois"-
contohnya; barang siapa yang mengatakan kepada istrinya”pulanglah engkau
kerumah keluargamu, apabila ia meniatkan untuk thalaq maka sah,
akantetapi jikalau niatnya bukan untuk thalaq maka tidak sah thalaqnya”.
Itulah pentingnya niat, sehingga didalam buku-buku islam seperti Fathul
Bari danSyarhu Ar ba'in nawawi dll, hadist yang pertama kali
dicantumkan adalah tentang niat.
Jadi menurut hemat penulis segala sesuatunya tergantung niat kita.
Jikalau kita menyindir teman dan orang lain dengan tujuan yang baik
yaitu agar merubah sikap dan akhlaknya, maka hal itu dianjurkan oleh
agama, Akantetapi dengan metode yang baik dan tidak menyakitkan hati
seseorang.seperti yang dilakukan oleh syeikh Dr. Yusuf Qordhawi yang
menyindir umat islam dan bangsa-bangsa arab agar lebih memperhatikan
keadaan umat islam yang berada di gaza, dengan mengatakan “Mana suara
lantang kita yang bisa menghengkangkan penjajah Israel?”
Dan apabila niat kita menyindir seseorang dengan tujuan yang hina yaitu;
agar kekurangannya terbuka, ingin membalas dendam dan kedengkian yang
tinggi terhadap orang yang kita sindir. Maka hal ini sangat tidak
dibolehkan agama. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita
mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan);
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu
panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11).
Makanya agar kehidupan kita lebih tenang dan nyaman marilah kita saling
menjaga lisan dengan sebaik mungkin dan saling memahami sesama kita.
Seperti; yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tauladan kita, ketika beliau
bertamu dihidangkan makanan kepadanya, namun beliau tidak menyukai
makanan tersebut. Rasulullah Saw tidak menyindir dan mencela makanan
yang tidak ia sukai. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Aisyah Ra
yang artinya “Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan
yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan
jika tidak, maka beliau meninggalkannya.”
Semoga dengan tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua
khususnya diri saya pribad. Sehingga kita selalu menjaga lisan dan
anggota tubuh didalam bermuamalah dan berinteraksi sesama teman-teman
dan kerabat kita. Wallahu Wa’lam Bi As-Shawab.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
No comments:
Post a Comment