Thursday, 5 May 2016

Sindir-menyindir Bukan Budaya Islam

“Marah anak, sindir menantu”, adakah kalian suka dengan budaya ini jika kalian yang sentiasa disindir? Ketahuilah, sindir-menyindir / sarkastik / as-suhriyah adalah budaya yang dilarang oleh Allah dalam Al-Quran. Bahasa sindiran adalah bahasa Allah menyindir ahli neraka. Ia juga bahasa yang diguna oleh orang yang dalam dirinya ada sifat nifaq dan kufur. Kita sebagai muslim mukmin jom azam hentikan budaya ini daripada diri kita, ahli keluarga kita seterusnya masyarakat kita.
Allah menegur orang beriman mengenai budaya kata-kata yang menyakitkan hati orang lain melalui ayat 11, Surah Al-Hujurat:49:11
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain; dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang-orang yang zalim.”
 Manakala dalam ayat 79 Surah At-Taubah menunjukkan budaya mencela dengan menyindir dan mengejek adalah sifat orang munafik:
9:79
Maksudnya: “Orang-orang (munafik) yang mencela sebahagian dari orang-orang yang beriman mengenai sedekah-sedekah yang mereka berikan dengan sukarela, dan (mencela) orang-orang yang tidak dapat (mengadakan apa-apa untuk disedekahkan) kecuali sedikit sekadar kemampuannya, serta mereka mengejek-ejeknya, – Allah akan membalas ejek-ejekan mereka, dan bagi mereka (disediakan) azab seksa yang tidak terperi sakitnya.”
Contoh ayat sindiran yang biasa kita dengar yang patut diubah:
“Otak letak lutut ke, benda macam tu pun tak boleh nak fikir?”
“Masa mak cakap tadi, tidur ke? Cawan letak atas meja, bukan di lantai. Yang letak di lantai, namanya bola. Kan dah tersepak cawan tu.”
“Kamu ni nak merawat pesakit ni atau nak bunuh pesakit ni? Masukkan endoscopy macam bomba nak padam api.”
Sakit hati tak? Sila fikirkan ayat pengganti yang lebih baik, jika kita sering menggunakan ayat sindiran begini.
Bahaya ibubapa dan guru kerap menyindir anak kecil untuk memarahi, menegur dan menasihat: ia bukan hanya menimbulkan rasa kesal, bahkan sakit hati, rasa tidak dihargai, tidak disayangi dan sebagainya. Apa akan jadi pada anak yang sentiasa disakitkan hatinya? Mereka yang sering rasa sakit hati, tidak dihargai dan tidak disayangi berbeza tingkahlaku dan sikapnya berbanding dengan anak-anak yang tidak selalu disindir. Cuba ubah kata-kata kita tanpa memasukkan sindiran, perhatikan perubahan positif pada anak tersebut.

APAKAH HUKUM MENYINDIR SESEORANG? Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin, kehadiarannya telah mengatur segala bentuk asfek kehidupan yang ada dimuka bumi ini. Untuk mengatur semua ini dibutuhkan hukum dan peraturan-peraturan yang tertata rapi melalui Al-Quran, Sunnah Rasulullah Saw, Ijma’ Ulama dan Qiyas dst. Begitu juga halnya tentang hukum menjaga anggota tubuh dari perbuatan dosa. Menjaga mata, hidung, mulut, lidah, mata, tangan, perut, kemaluan dan kaki agar selalu berbuat baik, sehingga terjaga dari perbuatan-perbuatan yang tercela seperti; menyindir seseorang dengan tujuan yang sangat tidak terpuji. Menurut kamus bahasa Indonesia makna Menyindir adalah mencela atau mengejek seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Lalu apakah hukum menyindir seseorang?, dari pertanyaan yang singkat ini kita akan membahas hukumnya sedangkal pengetahuan ana. menurut kaca mata islam sebagaimana yang telah tercantum didalam buku Al-fiqhu Al-islamWa Adillatuhu yang dikarang oleh Ust. Dr. Wahbah Zuhaili, ia menjelaskan bahwasanya Al-Umuru Bimaqoshidiha yang artinya "segala permasalahan tergantung tujuannya atau niatnya" sebagaimana sabda Rasulullah Saw Innamal A'malu Bi an-Niyat yang artinya;”segala sesuatu itu tergatung niatnya” - ibnu mas'ud menjelaskan asbabul wurud hadis ini yaitu "suatu ketika ada salah seorang sahabat yang berhijrah dari mekah ke madinah yang hanya ingin menikahi seorang wanita bernama Ummu Qois"- contohnya; barang siapa yang mengatakan kepada istrinya”pulanglah engkau kerumah keluargamu, apabila ia meniatkan untuk thalaq maka sah, akantetapi jikalau niatnya bukan untuk thalaq maka tidak sah thalaqnya”. Itulah pentingnya niat, sehingga didalam buku-buku islam seperti Fathul Bari danSyarhu Ar ba'in nawawi dll, hadist yang pertama kali dicantumkan adalah tentang niat. Jadi menurut hemat penulis segala sesuatunya tergantung niat kita. Jikalau kita menyindir teman dan orang lain dengan tujuan yang baik yaitu agar merubah sikap dan akhlaknya, maka hal itu dianjurkan oleh agama, Akantetapi dengan metode yang baik dan tidak menyakitkan hati seseorang.seperti yang dilakukan oleh syeikh Dr. Yusuf Qordhawi yang menyindir umat islam dan bangsa-bangsa arab agar lebih memperhatikan keadaan umat islam yang berada di gaza, dengan mengatakan “Mana suara lantang kita yang bisa menghengkangkan penjajah Israel?” Dan apabila niat kita menyindir seseorang dengan tujuan yang hina yaitu; agar kekurangannya terbuka, ingin membalas dendam dan kedengkian yang tinggi terhadap orang yang kita sindir. Maka hal ini sangat tidak dibolehkan agama. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11). Makanya agar kehidupan kita lebih tenang dan nyaman marilah kita saling menjaga lisan dengan sebaik mungkin dan saling memahami sesama kita. Seperti; yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tauladan kita, ketika beliau bertamu dihidangkan makanan kepadanya, namun beliau tidak menyukai makanan tersebut. Rasulullah Saw tidak menyindir dan mencela makanan yang tidak ia sukai. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Aisyah Ra yang artinya “Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan jika tidak, maka beliau meninggalkannya.” Semoga dengan tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua khususnya diri saya pribad. Sehingga kita selalu menjaga lisan dan anggota tubuh didalam bermuamalah dan berinteraksi sesama teman-teman dan kerabat kita. Wallahu Wa’lam Bi As-Shawab.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
APAKAH HUKUM MENYINDIR SESEORANG? Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin, kehadiarannya telah mengatur segala bentuk asfek kehidupan yang ada dimuka bumi ini. Untuk mengatur semua ini dibutuhkan hukum dan peraturan-peraturan yang tertata rapi melalui Al-Quran, Sunnah Rasulullah Saw, Ijma’ Ulama dan Qiyas dst. Begitu juga halnya tentang hukum menjaga anggota tubuh dari perbuatan dosa. Menjaga mata, hidung, mulut, lidah, mata, tangan, perut, kemaluan dan kaki agar selalu berbuat baik, sehingga terjaga dari perbuatan-perbuatan yang tercela seperti; menyindir seseorang dengan tujuan yang sangat tidak terpuji. Menurut kamus bahasa Indonesia makna Menyindir adalah mencela atau mengejek seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Lalu apakah hukum menyindir seseorang?, dari pertanyaan yang singkat ini kita akan membahas hukumnya sedangkal pengetahuan ana. menurut kaca mata islam sebagaimana yang telah tercantum didalam buku Al-fiqhu Al-islamWa Adillatuhu yang dikarang oleh Ust. Dr. Wahbah Zuhaili, ia menjelaskan bahwasanya Al-Umuru Bimaqoshidiha yang artinya "segala permasalahan tergantung tujuannya atau niatnya" sebagaimana sabda Rasulullah Saw Innamal A'malu Bi an-Niyat yang artinya;”segala sesuatu itu tergatung niatnya” - ibnu mas'ud menjelaskan asbabul wurud hadis ini yaitu "suatu ketika ada salah seorang sahabat yang berhijrah dari mekah ke madinah yang hanya ingin menikahi seorang wanita bernama Ummu Qois"- contohnya; barang siapa yang mengatakan kepada istrinya”pulanglah engkau kerumah keluargamu, apabila ia meniatkan untuk thalaq maka sah, akantetapi jikalau niatnya bukan untuk thalaq maka tidak sah thalaqnya”. Itulah pentingnya niat, sehingga didalam buku-buku islam seperti Fathul Bari danSyarhu Ar ba'in nawawi dll, hadist yang pertama kali dicantumkan adalah tentang niat. Jadi menurut hemat penulis segala sesuatunya tergantung niat kita. Jikalau kita menyindir teman dan orang lain dengan tujuan yang baik yaitu agar merubah sikap dan akhlaknya, maka hal itu dianjurkan oleh agama, Akantetapi dengan metode yang baik dan tidak menyakitkan hati seseorang.seperti yang dilakukan oleh syeikh Dr. Yusuf Qordhawi yang menyindir umat islam dan bangsa-bangsa arab agar lebih memperhatikan keadaan umat islam yang berada di gaza, dengan mengatakan “Mana suara lantang kita yang bisa menghengkangkan penjajah Israel?” Dan apabila niat kita menyindir seseorang dengan tujuan yang hina yaitu; agar kekurangannya terbuka, ingin membalas dendam dan kedengkian yang tinggi terhadap orang yang kita sindir. Maka hal ini sangat tidak dibolehkan agama. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11). Makanya agar kehidupan kita lebih tenang dan nyaman marilah kita saling menjaga lisan dengan sebaik mungkin dan saling memahami sesama kita. Seperti; yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tauladan kita, ketika beliau bertamu dihidangkan makanan kepadanya, namun beliau tidak menyukai makanan tersebut. Rasulullah Saw tidak menyindir dan mencela makanan yang tidak ia sukai. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Aisyah Ra yang artinya “Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan jika tidak, maka beliau meninggalkannya.” Semoga dengan tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua khususnya diri saya pribad. Sehingga kita selalu menjaga lisan dan anggota tubuh didalam bermuamalah dan berinteraksi sesama teman-teman dan kerabat kita. Wallahu Wa’lam Bi As-Shawab.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

No comments:

Post a Comment