Kata orang “Mulutmu Harimaumu, yang akan menerkammu”.
Rasulullah Shallallahu’alaihiws allam bersabda:” Yang dikatakan muslim
itu adalah manusia selamat dari bahaya lidah dan tangannya”.
Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata:”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”.
Terkadang kita sebagai manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan
kelebihan, akan selalu dihadapi dengan segala macam problematika
kehidupan.Terkadang kita menghadapi berbagai benturan yang sama sekali
kehadirannya tidak diundang dan tidak terbersit dalam pikiran kita,
dimana segala yang terjadi diluar prediksi kita sebelumnya.
Disaat kita sedang menyupir mobil kita , tiba-tiba ditengah jalan ada
saja mobil yang menyecocos, hal ini akan menimbulkan rasa sakit dihati
kita, maka seringnya terjadi keluar kata-kata yang kurang enak
kedengaran sama sekali ditelinga siapa saja mendengarnya, cacian makian
akan keluar dari mulut kita dari lidah kita yang katanya tidak bertulang
itu.
Ketika seorang ibu, melihat kenakalan anak-anaknya, tanpa
disadari juga keluar kata-kata yang sama sekali seharusnya hal itu tidak
pantas dikeluarkan dari mulut seorang ibu terhadap anaknya:” Anak
sialan, anak kurang ajar, anak tak tau diuntung, bodoh..dsbnya…”,
seorang ibu kurang menyadari akan sabda Rasulullah :”
Kullu kalam
addu’a, setiap perkataan itu adalah merupakan do’a”.(Astagfirullaha
ladziim, semoga kita bertaubat bila hal ini terlanjur kita keluarkan
disaat-saat emosi kita datang).
Disaat seorang istri atau suami
merasa disakiti pasangannya, tanpa disadari akan keluar cacian makian,
baik kepada pasangannya, ataupun musuhnya, semua itu keluar dengan
perasaan emosi yang amat sangat, tanpa kita bisa menyadari, dan berusaha
mencoba melatih diri kita untuk bisa menahan emosi, karena, Rasulullah
bersabda : “ Bukanlah dikatakan berani bagi mereka yang dapat
mengalahkan musuhnya, (yang bisa merasa memang atas sebuah pertikaian,
perkelahian) ,Yang dikatakan berani itu adalah mereka yang bisa menahan
dirinya ketika dalam keadaan marah”.
Kita jarang, atau kurang
atau bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa yang dikatakan sabar atas
segala musibah adalah mereka yang bisa bersabar disaat menghadapi
problema pertama sekali datang, bukan setelah itu. Hal ini dapat kita
lihat dari sebuah hadits, dari cerita seorang ibu yang menghadapi
musibah akan kematian keluarganya, saat itu Rasulullah memberikannya
nasihat agar bersabar, apa kata perempuan itu pada Rasulullah, :” Anda
tidak tau apa-apa”, setelah rasulullah menghilang, diberitahukanlah
kepada [perempuan itu bahwa yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, dan
ia datang kepada Rasulullah, apa jawab Rasulullah:”Sesungguhnya
dinamakan kesabaran itu adalah sabar ketika menghadapi goncangan yang
pertama sekali.
No comments:
Post a Comment