Bila hati sudah buta, atau sudah
dikunci mati oleh Allah SWT, maka hati tidak dapat lagi mengenal Allah.
Begitulah hati orang-orang kafir dan munafik yang menyebabkan mereka menolak
kebenaran.
Firman Allah yg bermaksud: Mereka
itulah orang-orang yang hatinya, pendengarannya dan penglihatannya telah
dikunci oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (An-Nahl: 108)
Dari Umar Al Khattab, Rasulullah SAW
bersabda yang bermaksud : "Cap penutup hati tergantung di kaki arasy. Bila
seseorang melanggar larangan Allah (menghalalkan yang diharamkan oleh Allah)
maka Allah akan menutup hati mereka dengan cap penutup hati tersebut."
Namun bukan hanya hati orang kafir dan
munafik saja yang sudah buta, kita sebagai umat Islam pun masih banyak yang
hatinya buta. Buktinya adalah kita masih sering membuat dosa (kecil atau
besar). Orang yang masih membuat dosa adalah orang yang tidak takut pada Allah.
Orang yang tidak takut pada Allah adalah orang yang tidak kenal siapa Allah.
Jika tidak kenal Allah menandakan bahwa hati telah buta
.
Sabda Rasulullah SAW yg bermaksud: "Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia melakukan dosa maka terjadilah satu
bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan berusaha membuangnya (bintik
hitam tersebut) maka akan selamatlah hatinya. Kalau dosanya bertambah maka
hatinya akan semakin terkunci."
Kalau mata kita buta, maka kita tidak
dapat melihat, tidak dapat mengenal bahkan tidak dapat berjalan lagi. Begitulah
kalau hati kita buta, kita tidak dapat mengenal Allah dan tidak dapat menempuh
jalan syariatNya lagi. Kita tidak takut, tidak redha, tidak tawakal, tidak
yakin, tidak berharap kepada Allah, tidak cinta, tidak yakin dengan janji2-Nya
yaitu Syurga, Neraka, Hari Hisab, siksa kubur, dan lain-lain lagi. Bila
perasaan tersebut sudah tidak ada di hati kita maka datanglah penyakit hati.
Firman Allah yg bermaksud: “Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allahpenyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta.”
(Al Baqarah : 10)
Penyakit hati yang Allah maksudkan itu
diantaranya ialah iri dengki, dendam, buruk sangka, serakah, cinta dunia,
bakhil, pemarah, penakut, riya', ujub dan sombong.
Apakah yang menyebabkan hati-hati kita
terhijab?
a. Memakan makanan haram dan makanan
syubhat, sama ada sedar atau tidak
Bersabda
Rasulullah SAW yang bermaksud: "Hati
itu dibina dengan apa yang dimakan."
Hati
kita adalah segumpal darah yang mengandung sel-sel darah merah dan zat-zat
besi. Sel dan zat-zat itu berasal dari makanan yang kita makan. Kalau makanan
kita bersih (halal mengikut syariat Islam) maka sel dan zat itu juga bersih
sehingga hati kita juga akan bersih. Sebaliknya kalau makanan yang kita makan
itu kotor (haram dan syubhat) baik benda itu haram atau uang yang digunakan
untuk membelinya haram, maka sel dan zat-zat besi, atau zat-zat yang membina
hati kita itu kotor, busuk dan gelap.
Hati
seperti wadah yang terbuka. Hati yang kotor tidak akan menerima taufik dari
Allah sebab Allah tidak akan memberi taufik dan hidayah kepada hati yang kotor.
Sama halnya kita tidak akan memasukkan makanan ke dalam piring yang kotor.
Apalagi taufik dan hidayah dari Allah itu sangat tinggi harganya.
Bila hati tidak bisa melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan, kasih sayang dan didikan dari Allah, tidak terasa anugerah, penjagaan, pengawasan dan pembelaan Allah. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan taufik lagi maka kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat melakukan maksiat dan mungkar.
Bila hati tidak bisa melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan, kasih sayang dan didikan dari Allah, tidak terasa anugerah, penjagaan, pengawasan dan pembelaan Allah. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan taufik lagi maka kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat melakukan maksiat dan mungkar.
Bersabda
Rasulullah SAW yg bermaksud:
“Dalam
diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh
anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh
jasad. Ketahuilah, itulah hati.” (Riwayat Al Bukhari & Muslim)
Firman
Allah yg bermkasud: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
dengan-Nya.” (Al Maidah : 88)
Perintah
memakan makanan yang halal adalah wajib. Kalau kita makan makanan yang haram
dalam keadaan sedar bahawa benda yang kita makan itu haram maka kita akan
berdosa dan hati kita akan gelap. Tetapi kalau makanan yang haram dan syubhat
itu kita makan, tanpa diketahui bahawa benda itu haram dan syubhat maka kita
tidak berdosa tetapi hati kita yang dibina dari makanan itu tetap akan gelap.
Atas
dasar itulah Sayidina Abu Bakar As Siddiq mengorek kembali makanan yang telah
ditelannya hingga muntah, setelah dia mengetahui bahawa makanan itu sumbernya
adalah syubhat. Amirul Mukminin itu merasa cukup takut bila makanan itu akan
membutakan hatinya. Setelah mengorek makanan itu, dengan rasa bimbang bila saja
ada sisa-sisa makanan tersebut yang masih ada dalam perutnya, maka beliau pun
berdoa, "Ya Allah, jangan Engkau bertindak kepadaku akan apa yang telah
jadi darah dagingku"
Begitulah Sayidina
Abu Bakar menjaga hatinya. Sebab itu hatinya menjadi bersih. Jadi, tidak
hairanlah kalau keyakinan beliau cukup kuat dengan Allah.
Rasulullah SAW pun memuji beliau dengan sabda baginda: “Kalau dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul niscaya imannya masih lebih baik.”
Rasulullah SAW pun memuji beliau dengan sabda baginda: “Kalau dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul niscaya imannya masih lebih baik.”
Mari kita mengubati hati kita dengan
menghindar dari makanan yang haram. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk
mengelak dari makanan yang haram di antaranya ialah :
1.
Jangan memakan
makanan yang zatnya jelas haram seperti arak atau makanan yang dicampur arak
atau daging yang tidak disembelih.
2.
Jangan memakan
makanan yang bernajis baik sifatnya najis (kerana dibuat dari bahan yang tidak
halal) atau kerana cara mencucinya tidak betul atau tidak menurut syariat,
sehingga tetap najis (tetap tidak halal).
3.
Jangan memakan daging
yang disembelih secara tidak halal dan membersihkannya tidak menurut syariat.
4.
Jangan memakan
makanan yang dibeli dengan wang yang haram (sekalipun makanan itu halal). Wang
yang haram contohnya rasuah, riba, duit hasil
curian dan penipuan.
Makanan syubhat ialah makanan yang kita
ragukan halal atau haram dan wang syubhat ialah wang yang sumbernya kita
ragukan halal atau haram. Makanan dan wang yang syubhat itu wajib dielakkan
supaya kita berpeluang memperoleh kejernihan batin untuk mengenal Allah dengan
pengenalan yg sebenarnya.
Sekarang ini banyak makanan di restoran
yang menyalahgunakan perkataan 'HALAL' dan 'ISLAM' sebagai tanda perniagaan
mereka. Kita harus berhati-hati juga sebab musuh Islam telah menyalahgunakan
kata-kata 'HALAL' dan 'ISLAM' itu untuk keuntungan perut dan kantong mereka
saja. Mereka sama sekali tidak takut pada Allah.
Makan makanan yang halal tetapi
berlebihan juga menjadi satu faktor penentu kepada corak hati kita.
Rasulullullah SAW bersabda yg
bermkasud: “Wadah yang paling dibenci oleh Allah adalah perut yang penuh
dengan makanan yang halal.”
Sabda Rasulullah SAW : “ Allah benci kepada perut yang penuh dengan makanan sebab perut yang penuh itu akan melemahkan kegiatan hati sehingga tidak kuat untuk memandang pada alam gaib.”
Bila hati lemah maka manusia menjadi
lalai dan malas. Malas beribadah dan mudah terjebak dalam maksiat. Atas dasar
itulah para salafussoleh mengurangi pola makan mereka.
Rasulullah SAW selalu melatih perutnya
untuk berada dalam keadaan lapar. Baginda pernah meletakkan batu di perut dan
kemudian mengikat perutnya dengan kain agar tidak terasa kekosongan perut yang
memang kosong. Baginda jarang berada dalam keadaan kenyang. Jika satu hari
kenyang, maka tiga hari lapar. Baginda selalu berpuasa satu hari, kemudian satu
hari lagi berbuka.
Mari kita ubati hati kita dengan cara
mengurangi makan. Langkah-langkah yang
mesti diambil untuk mengurangi makan di antaranya ialah :
- Hidangan makanan kita janganlah lebih dari dua jenis lauk. Itulah amalan Sayidina Umar. Beliau tidak makan dengan lebih dari dua jenis lauk. Sebab bila jenis lauk sudah bermacam-macam nafsu kita bertambah besar untuk merasakan semua jenis lauk.
- Makanan itu sebaiknya sederhana, jangan terlalu enak. Sebab kalau terlalu enak, kita tidak mampu mengawal nafsu untuk makan berlebihan.
- Jangan menyimpan berbagai kelebihan makanan dalam rumah, sebab bila makanan tersedia maka kita sentiasa berfikir untuk makan. Sebaliknya kalau tidak ada simpanan makanan, nafsu tidak akan mengajak kita berfikir untuk makan.
- Perbanyakkan puasa sunat seperti di hari Isnin dan Khamis atau paling kurang tiga hari dalam sebulan.
b. Pandangan dan
Pendengaran yang Haram
"Dari mata turun ke hati." Ertinya
hasil dari pandangan (termasuk pendengaran) bukan sekadar terasa di mata dan
telinga tetapi akan bersambung dan berkesan di hati. Kalau apa yang kita
pandang dan dengar itu baik, maka hati kita akan menerima kebaikannya.
Sebaliknya kalau yang kita pandang dan dengar itu maksiat dan mungkar (haram),
maka hati kita akan berisi kejahatan dan kemungkaran itu.
Hati yang sentiasa menerima pandangan
dan pendengaran yang mungkar akan menjadi hati yang gelap dan pekat, buta dari
melihat keagungan Allah. Hati itu tidak lagi merasa takut pada Allah, bahkan
cinta dan rindu pada Allah SWT akan hilang.
Kalau setiap hari hati kita terisi
dengan zikrullah, bacaan Al Quran, puasa, shalat sunat, membaca kitab dan
mendengar pengajian agama, hati kita akan lembut, terasa indah dalam beribadah
kepada Allah, rindu kepada kebaikan, benci dan takut kepada dosa.
Tetapi kalau setiap hari hati kita diisi
dengan program TV, berkata-kata kosong, mengumpat dan mencaci, membaca majalah
hiburan yang penuh maksiat, mendengar lagu-lagu lagha, maka kita akan menjadi
malas beribadah, memandang kecil tentang cara hidup sunnah, tidak ada rasa
takut dengan Allah, tidak membesarkan Allah apalagi untuk rindu pada-Nya, tidak
suka pada ulama2 agama dan lupa pada Akhirat. Hati kita menjadi cinta kepada
dunia dengan segala hiburannya. Hati selalu ingin lepas, bebas tanpa disekat
oleh hukum Islam, malas berjuang dan berangan-angan, serta ingin hidup lebih
lama lagi. Itulah tanda-tanda yang menunjukkan bahawa tindakan lahir,
pendengaran dan penglihatan yang haram akan membuat hati kita buta kepada
kebenaran.
Allah berfirman yg bermaksud: “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercantum (benih) yang
akan Kami mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami menjadikan
dia mendengar dan melihat.”
(Al Insaan : 2)
Tujuan Allah memberi kita mata dan
telinga adalah untuk mencari dan mengenal pencipta kita iaitu Allah SWT. Selain
itu supaya kita sedar untuk berbakti dan menuruti segala perintah-Nya.
Firman-Nya lagi: “Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah Aku.” (Adz Dzaariyat : 56)
Mari kita ubati hati kita dengan
menjaga pandangan dan pendengaran hanya kepada yang dapat mengingatkan kita
kepada Allah, merasa takut pada-Nya dan untuk berbakti pada-Nya.
1. Banyakkan
membaca Al Quran dan terjemahannya, hadist dan kitab-kitab serta buku-buku
agama termasuk majalah dan risalah yang berunsur dakwah. Dalam waktu yang sama,
elakkan dari membaca buku-buku komik, maja2lah hiburan dan
berita-berita yang jauh dari kebenaran.
2. Selalu
mengunjungi masjid, tempat pengajian agama, majlis ilmu dan mengelak dari
tempat-tempat maksiat, acara-acara yang liar (pergaulan bebas) dan keluar rumah
tanpa tujuan, sebab di luar banyak pandangan dan pendengaran yang membawa
kepada maksiat. Juga kita mengelak dari bergaul dengan kawan yang mengajak kita
kepada maksiat.
3. Mendatangi
orang-orang soleh, sebab dengan melihat mereka, dapat memberi Kekuatan.
4. Ingat
mati, kerana selalu mengingati mati akan melembutkan hati.
5. Elakkan
dari menonton program TV yang tidak berfaedah. Sekali kita biarkan mata dan
telinga kita memandang dan mendengar perkara yang dibenci oleh Allah, maka
selama itu kita biarkan nafsu menjadi raja di hati kita sehingga kita lalai dan
tidak takut kepada penglihatan dan pengawasan Allah. Lebih baik kita tidur
daripada menonton TV sampai larut malam. Hasilnya kita dapat bangun dengan
segar untuk menyembah Allah dan mendekatkan hati pada-Nya. Kalau hati kita
merasa sama saja antara melihat maksiat atau tidak, itu tandanya hati kita
sudah rosak dan jauh dari Allah.
No comments:
Post a Comment